1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Ribuan Orang Lepas Kepergian Tokoh Perdamaian Afghanistan

23 September 2011

Pemakaman tokoh perdamaian Afghanistan Burhanuddin Rabanni hari Jumat (23/9/2011) berlangsung di bawah pengamanan ketat. Rabbani yang tewas akibat serangan bom bunuh diri dimakamkan di Kabul dalam suasana penuh emosi.

https://p.dw.com/p/12fJl
Afghan soldiers carry the coffin of slain Afghanistan High Peace Council and former President Burhanuddin Rabbani during his funeral at the Presidential Palace in Kabul on Friday Sept. 23, 2011. Afghan President Hamid Karzai vowed to continue efforts to broker a peace deal with the Taliban on September 23 as he led thousands of mourners at the funeral of his assassinated peace envoy Burhanuddin Rabbani. Kabul police deployed thousands of extra officers as part of a security lockdown designed to protect the funeral prayers being offered at the presidential palace from increasingly brazen gun and suicide attacks. (Foto:Shah Marai/Pool/AP/dapd)
Tokoh perdamaian & mantan Presiden Afghanistan Burhanuddin Rabbani dimakamkanFoto: dapd

Prosesi pemakaman dimulai secara hikmat dengan penghormatan militer di istana kepresidenan. Presiden Hamid Karzai menyampaikan pidato belasungkawa singkat dan mengatakan Afghanistan telah kehilangan seorang negosiator sambil mengungkapkan berbagai prestasi yang telah dibuat Rabbani dalam bidang perdamaian. Karzai juga menegaskan bahwa dirinya akan melanjutkan proses perdamaian. „Darah para syuhada yang berjuang untuk kebebasan ini jatuh agar kita bisa melanjutkan upaya perdamaian dan mencapai stabilitas“, kata Presiden Karzai.  Salah seorang putra Rabbani yang bernama Solahudin mengatakan „Hari ini kita menyaksikan satu peristiwa terbesar dan paling menyedihkan di masa-masa penting seperti ini dalam sejarah dunia“.

Suasana berubah penuh emosi saat ribuan pelayat histeris ketika mengiringi peti mati Rabbani yang diangkat secara estafet hingga lokasi pemakaman di Bemaru yang terletak di puncak bukit, Timur Laut kota Kabul. Polisi terpaksa melepaskan tembakan ke udara untuk meredakan emosi massa yang berebutan ingin menyentuh peti mati Rabbani yang ditutupi bendera Afghanistan. Orang-orang terus meneriakkan yel-yel anti Pakistan dan Amerika. Selama ini, sejumlah kalangan di Afghanistan menuding Pakistan berada di belakang kelompok ekstrimis Taliban.

Rabbani tewas Selasa (20/9/2011) malam, ketika seorang pelaku bom bunuh diri meledakkan bom yang dia simpan di dalam turban. Rabbani dan empat pengawalnya tewas seketika. Polisi mengatakan, peristiwa itu terjadi saat dua orang yang mengaku mewakili pemberontak Taliban datang ke rumah Rabbani, yang terletak di kawasan diplomatik yang dijaga ketat di Kabul. Mereka mengaku hendak melanjutkan proses perundingan damai. Salah seorang pelaku kemudian mendekat ke arah Rabbani dan meledakkan diri. Hingga kini tak ada satupun pihak yang mengaku bertanggungjawab. Pihak Taliban menolak berkomentar atas tudingan sebagai pelaku di belakang pembunuhan Rabbani.

Pada masa pendudukan Uni Sovyet, Rabbani dikenal sebagai pemimpin pejuang Mujahiddin. Setelah Sovyet terusir, Rabbani sempat menduduki jabatan sebagai Presiden Afghanistan antara tahun 1992 hingga 1996. Setelah digulingkan Taliban dari kursi Presiden, dia memimpin Aliansi Utara yang merupakan aliansi kelompok-kelompok di Afghanistan yang menentang Taliban. Oktober tahun lalu, dia ditunjuk oleh Presiden Hamid Karzai sebagai Ketua Dewan Tertinggi Perdamaian untuk melanjutkan dialog perdamaian dengan Taliban. Para pengamat menilai, kematian Rabbani adalah pukulan telak bagi upaya perdamaian di negeri yang selama ini terkoyak oleh perang saudara.

Andy Budiman

Editor: Ayu Purwaningsih