1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Risiko Pertumpahan Darah Baru di Mesir

16 Agustus 2013

Kelompok Islamis Mesir menyerukan sebuah “Jum’at Marah” setelah hampir 600 orang terbunuh akibat tindakan keras terhadap kamp protes mereka di Kairo. Sementara PBB mendesak semua pihak “menahan diri secara maksimal”.

https://p.dw.com/p/19Qpm
Foto: picture-alliance/dpa

Seruan ini meningkatkan ketakutan akan kekerasan baru, setelah korban tewas akibat bentrokan Rabu lalu, menyusul aksi pembersihan dua kamp demonstran pendukung presiden terguling Mohamed Mursi melonjak menjadi 578 jiwa, menjadikan itu sebagai hari paling berdarah bagi Mesir selama beberapa dekade terakhir.

Laporan menyebutkan telah terjadi serangan terbaru atas pasukan keamanan selama ketegangan hari Kamis, mengakibatkan paling sedikit tujuh tentara dan seorang polisi terbunuh di Semenanjung Sinai dan petugas polisi lainnya terbunuh di pusat kota Assiut.

Dua kelompok serukan demo

Dengan pemberlakuan keadaan darurat dan jam malam di banyak provinsi, kementerian dalam negeri telah memerintahkan polisi untuk menggunakan peluru hidup jika ada serangan terhadap gedung-gedung milik pemerintah.

Komunitas internasional mengkritik pertumpahan darah dan mendorong Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menggelar pertemuan darurat terkait krisis itu atas permintaan Prancis, Inggris dan Australia.

Gehad al-Haddad, seorang juru bicara Ikhwanul Muslimin, mengumumkan pawai Jum'at melalui akun Twitter.

“Demo anti kudeta… akan dimulai dari semua mesjid di Kairo menuju taman Ramsis setelah shalat ‘Jum'at marah,'” serunya.

Laila Moussa, seorang juru bicara Aliansi Anti Kudeta dari kelompok Islamis yang menentang penggulingan Mursi, mengatakan bahwa aksi sama direncanakan berlangsung di seluruh negeri.

Ia mengatakan bahwa para pendukung Mursi, termasuk paling tidak dua bekas anggota parlemen telah ditangkap dalam penggerebekan fajar menjelang protes.

Pada Kamis, Tamarod, kelompok demonstran yang menentang Mursi, juga menyerukan rakyat Mesir untuk turun ke jalan.

Tolak tekanan internasional

Mereka mengatakan harus kembali ke luar pada hari Jumat untuk “menolak teroris dalam negeri dan intervensi internasional.“

Pemerintah sementara Mesir bereaksi keras atas kecaman internasional. Presiden Mesir menantang pernyataan presiden Amerika Serikat Barack Obama, memperingatkan bahwa ”pernyataan-pernyataan yang tidak didasarkan atas fakta akan bisa mendorong kekerasan oleh berbagai kelompok bersenjata.”

“Presiden menghargai kecemasan Amerika atas perkembangan di Mesir, tapi berharap itu didasarkan atas hal-hal yang sudah terklarifikasi,” demikian isi pernyataan presiden sementara Mesir.

Pemerintah sejumlah Negara Eropa telah memanggil utusan Mesir untuk menyampaikan keprihatinan mereka, sementara Turki menarik duta besarnya di Kairo sebagai bentuk protes.

Sementara Kepala HAM PBB Navi Pillay menyerukan “sebuah penyelidikan independen yang tak berpihak, efektif dan kredibel atas prilaku pasukan keamanan.”

ab/ek (afp,ap,dpa)