1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Robin Hood Yunani Hadapi Tugas Berat

26 Januari 2015

Alexis Tsipras ketua partai kiri Yunani, yang dijuluki "Robin Hood" memasuki fase terberat dalam karir politiknya setelah aliansinya menang pemilu. Komentar Spiros Moskovou.

https://p.dw.com/p/1EQQ4
Griechenland Wahlen 2015 Jubel bei Syriza Alexis Tsipras
Foto: Reuters/A.Konstantinidis

Aliansi partai kiri "Syriza", yang beberapa tahun lalu tergolong partai pinggiran, berkat dukungan pemilih yang memprotes penghematan ketat, kini menjadi partai rakyat yang menang pemilu. Setelah yakin menang, Tsipras menegasakan, "Tidak akan memprovokasi putusnya hubungan dengan mitra maupun melanjutkan politik takluk tanpa syarat." Pahlawan panggung yang karismatis, Alexis Tsipras sebagai ketua partai kiri sekarang memasuki fase paling berat dalam karir politiknya.

"Robin Hood" Yunani, begitu julukan Tsipras, samasekali tidak punya pengalaman dalam memegang tanggung jawab pemerintahan. Tapi sebagai pemenang pemilu dan tumpuan harapan mayoritas, kini dia harus mewujudkan retorika anti penghematannya ke dalam politik praktis.

Sebuah tugas yang tidak mudah. Yunani hingga kini masih tergantung dari suntikan uang dari Troika, terdiri dari Dana Moneter Internasional, Bank Sentral Eropa dan Komisi Uni Eropa, yang dibenci rakyat. Yunani terbukti gagal total dalam upaya refinansial lewat pasar bebas beberapa bulan silam.

Deutsche Welle Spiros Moskovou
Spiros Moskovou pimpinan redaksi Yunani DW.Foto: DW

Tegasnya, pemerintahan Syriza tidak bisa mencanangkan pemutusan hubungan dengan donor internasional, tanpa menghadapi risiko berdampak fatal buat Yunani. Syrizia menyatakan hendak memperjuangkan perundingan baru dengan target pengurangan utang baru. Jika tidak, partai kiri Yunani tersebut dipastikan tidak akan dapat menepati janjinya kepada rakyat di negara Eropa yang dilanda krisis utang sangat berat itu.

Pasalnya, di tahun kelima setelah Yunani secara de-facto bangkrut, negara ini masih tetap goyah walau dibantu payung penyelamatan oleh Troika. Berbagai prestasi, seperti naiknya produktivitas pada 2014, surplus anggaran negara serta booming turisme, tidak bisa menipu, bahwa ekonomi negara itu pada tahun lalu merosot volumenya sekitar 20 persen.

Angka pengangguran tetap sangat tinggi. Akibat tindakan penghematan yang perencanaannya buruk serta penetapan pajak tidak logis, rakyat digiring menjadi lebih miskin. Sejujurnya boleh disebutkan, Yunani yang melakukan modernisasi sangat terlambat dan tidak sistematis, menimbulkan ongkos sosial yang sangat tinggi.

Partai-partai koalisi pemerintahan masa lalu yang bertanggung jawab untuk salah urus ekonomi dan maraknya korupsi selama beberapa dekade, yakni partai konservatif Nea Dimokratia dan partai sosial demokrat PASOK, sudah dihukum oleh pemilih. Kini Syriza berjanji akan memerangi korupsi, memburu para pengemplang pajak dan membersihkan sektor publik.

Sebuah pekerjaan politik yang ibaratnya tidak akan ada habisnya. Kekuatan politik baru yang tidak punya pengalaman, Syriza berusaha mengurai kekusutan ini. Akan sangat menguntungkan bagi Yunani dan juga seluruh zona Euro, jika kekuatan politik Uni Eropa tidak melontarkan ancaman balasan untuk memprovokasi putusnya hubungan dengan penguasa baru di Athena.