1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

280509 Rettungsroboter

15 Juni 2009

Robot penyelamat diharapkan mampu mendukung tugas tim pemadam kebakaran dan tim evakuasi pada saat bencana atau kecelakaan hebat.

https://p.dw.com/p/I9zP
Robot pemantau situasi pada saat bencana, kecelakaan atau juga pada saat perang.Foto: picture-alliance/dpa

Dalam berbagai bencana atau kecelakaan, seperti kebakaran, bocornya gas beracun, kecelakaan di pertambangan atau gempa bumi seringkali manusia sulit memasuki lokasi kejadian. Robot-robot pembantu dan penyelamat dapat mengambil alih tugas ini. Para petugas penyelamat atau pemadam kebakaran, seringkali harus menempuh bahaya dan risiko untuk menyelamatkandan mengevakuasi korban kebakaran atau bencana alam. Kadang-kadang para petugas ini juga harus membayar mahal tugas mulia itu dengan nyawanya.

Menyadari bahaya dan keterbatasan manusia dalam situasi gawat seperti itu, para pakar robotik dan komputer di Jerman kini membuat apa yang disebut robot penyelamat. Ada yang dirancang seperti mobil mainan, ada yang bisa berjalan atau juga yang dapat terbang, dan semuanya dapat bergerak otonom di kawasan bencana atau lokasi kecelakaan. Robot-robot ini bertugas mengumpulkan berbagai informasi, misalnya jika ada korban bagaimana kondisinya, atau situasi dan ancaman bahaya yang ada di lokasi.

Robot penyelamat beroda yang diperkenalkan misalnya, ukurannya sebesar kursi yang dilengkapi dengan empat roda, dan dapat memasuki kawasan bahaya tanpa masalah, misalnya memasuki kawasan beracun akibat bocornya gas atau lokasi yang amat panas akibat kebakaran. Robot penyelamat dapat dikerahkan memasuki sebuah rumah yang terbakar, dengan tugas meneliti komposisi gas yang terbentuk dan melacak apakah ada korban yang terjebak di dalam rumah.

Martin Hess pakar informatika dari Universitas Würzburg menjelaskan : Tantangannya, bagaimana kita mengintegrasikan robot-robot ini ke dalam tim pemadam kebakaran dan regu penyelamat. Konsep dari proyek ini adalah, melibatkan robot sebagai anggota regu pemadam kebakaran. Robot dan anggota pemadam kebakaran terjalin dalam jejaring dan informasi mengenai posisi robot dihimpun di pusat pengendali.“

Japan Fliegender Mini Roboter
Robot terbang buatan ilmuwan Jepang, berupa helikopter mini yang dapat bergerak otonom dan dikendalikan Blue Tooth.Foto: AP

Saat ini sistemnya sedang diujicoba dan konsepnya terus dikembangkan. Khususnya konsep mengenai bagaimana kerjasama antara robot-robot itu dengan petugas penyelamat. Martin Hess lebih lanjut menjelaskan : Manusia biasanya tidak langsung menerima robot sebagai anggota regu. Robot itu adalah mesin yang digunakan untuk membantu tugas-tugas tertentu. Kami hendak melangkah lebih jauh. Walaupun robot tentu saja tidak memiliki posisi seperti petugas pemadam kebakaran, tapi terintegrasi ke dalam regu dan menawarkan dukungan kepada petugas penyelamat.

Robot-robot itu dilengkapi mikrofon dan loud speaker, agar para petugas dari jauh bisa berkomunkasi dengan korban yang terjebak di lokasi bencana. Namun Hess juga memperkirakan, masih perlu waktu cukup lama hingga para petugas pemadam kebakaran benar-benar mempercayai bantuan robot dalam situasi gawat darurat.

Model lainnya misalnya, robot penyelamat Gard-S yang dapat terbang dan melakukan manuver di udara. Robot berdiameter 50 centimeter itu dikendalikan dari jarak jauh menggunakan remote controler.

“Pengendaliannya amat mudah“, kata Tim Puls, operator robot tsb sambil mendemonstrasikan cara kerja pengendali jarak jauh yang ia kembangkan. Lebih lanjut Puls mengatakan: “kita hanya harus membuka tuas gas sedikit, robot terbang ini akan terus mengapung di udara. Sebetulnya tidak diperlukan tenaga ahli untuk menerbangkan dan melakukan manuvernya. Cukup latihan selama 10 menit, orang awam saja sudah dapat menerbangkannya“, ungkap Puls lebih lanjut.

Robot terbang itu sosoknya seperi gabungan antara piring terbang dan helikopter yang dilengkapi empat buah rotor. Robotnya bisa mengambang di udara dan maju atau mundur dalam jarak beberapa sentimeter saja. Dengan demikian robot terbang ini sangat ideal untuk meneliti rumah yang terbakar dan terancam runtuh.

Matthias Brucke dari Institut untuk Informatika di Oldenburg memaparkan: “Dalam rumah-rumah yang terbakar terdapat kesulitan, karena tidak sesuai lagi dengan denah semula. Artinya, robot-robot ini harus bergerak dalam medan yang samasekali tidak dikenal. Dengan menggunakan gelombang ultra misalnya, dikenali adanya tembok dan berbagai penghalang. Robot ibaratnya harus membuat denah baru. Jadi robotnya harus mampu menemukan jalan dalam lokasi yang tidak dikenal. Manusia bisa mengerjakan semua tugas itu, tapi bagi sistem teknik hal itu amat sulit.“

16dez_pz_roboter_1.jpg
Robot seperti serangga yang dapat memasuki lorong-lorong sempit atau celah diantara puing di kawasan bencana.Foto: dw-tv

Untuk menemukan jalan di puing-puing bangunan, Robot Gard memerlukan banyak sekali peralatan elektronik. Antara lain perangkat penala gelombang ultra, untuk mengukur jarak dan mengenali adanya dinding. Perangkat GPS untuk menentukan koordinat geografi. Kamera penala panas untuk mencari orang-orang yang masih selamat atau cedera yang terjebak dalam reruntuhan. Serta peralatan analisa gas untuk memeriksa komposisi gas di lokasi kecelakaan atau kebakaran. Dalam kasus tertentu juga pengukur Geiger untuk mengetahui kadar radioaktif. Pada pokoknya robot terbang itu harus dapat mengerjakan seluruh tugas yang sebelumnya dikerjakan para petugas pemadam kebakaran kata Matthias Brucke lebih lanjut.

“Sistemnya harus bekerja mandiri sesuai bidang tugas yang sebelumnya diprogram oleh manusia. Dengan begitu robot meringankan tugas operatornya. Karena para petugas diperlukan tenaganya untuk pekerjaan lain, memadamkan kebakaran misalnya. Dengan begitu, kita harus merancang sistemnya dan melepaskan robotnya, yang terus menerus mengirimkan gambar, dan jika baterainya melemah, robot akan mendarat dengan sendirinya,“ katanya.

Sejauh ini pemasokan listrik bagi robot terbang Gard merupakan masalah terbesar. Baterai yang digunakan, hanya dapat menerbangkan robot selama 20 menit saja.

Perusahaan robotik lainnya, Robowatch Technologies dari Berlin kini sudah selangkah lebih maju. Robot yang mereka kembangkan yang diberi nama “Chrysor“ dengan sosok seperti panzer beroda delapan seukuran mobil kecil dan bermesin diesel, dapat beroperasi selama berjam-jam. Robot berupa panzer itu dapat bergerak secara otonom. Dalam arti tidak perlu pengemudi maupun pengendali jarak jauh. Berbagai peralatan elektronik pada Chrysor mengerjakan berbagai tugas.

Pengembang Chrysor, Benjamin Stengl menjelaskan : “Kami dapat mengirim gambar lewat kamera dan mengevaluasi situasinya. Dalam waktu bersamaan kami dapat memasang sensor yang menganalisa kemungkinan adanya gas beracun. Dengan begitu petugas pertolongan dapat mengetahui apa yang harus dilakukan menghadapi situasi risiko tsb. Misalnya gas beracun apa? Apakah menghadapi orang bersenjata? Semua skenario bahaya dapat dianalisa sebelumnya.“

Robot seharga sekitar 250.000 Euro ini sudah banyak yang memesan. Pemadam kabakaran di Shanghai misalnya telah membeli satu unit. Juga polisi dan militer Jerman sudah menyatakan tertarik dan akan membeli robot bersosok panser multi guna tsb.

Agus Setiawan/Michael Engel

Editor : Hendra Pasuhuk