1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Rouhani Minta Maaf

7 Februari 2014

Dalam ekspresi yang langka dari pejabat Iran, Presiden Hassan Rouhani minta maaf atas terjadinya masalah dalam distribusi paket bantuan bagi rakyat miskin, menyusul kematian tiga orang saat mengantri.

https://p.dw.com/p/1B4ec
Foto: Isna

Media lokal melaporkan bahwa tiga orang mati dalam beberapa hari terakhir ketika mereka sedang berdiri mengantri di bawah suhu yang membeku. Pejabat yang dikutip mengatakan bahwa mereka yang meninggal itu sebelumnya sudah memiliki masalah dengan penyakit jantung.

Hampir semua provinsi di Iran mengalami penurunan temperatur di luar kewajaran selama beberapa hari terakhir.

Rouhani mengatakan melalui stasiun TV bahwa ia “sebagai presiden menyampaikan penyesalan atas masalah yang dihadapi rakyat saat mereka menerima bakul barang-barang (bantuan).“

Adalah hal yang tidak biasa bagi seorang pejabat Iran untuk mengambil tanggungjawab atas berbagai masalah yang muncul terkait kebijakan pemerintah.

Paket ransum bagi rakyat miskin termasuk diantaranya telur, minyak goreng, ayam, beras dan keju. Program ini dilembagakan oleh pendahulu Rouhani yakni presiden Mahmoud Ahmadinejad, yang membagikan ransum kepada para pegawai pemerintah.

Pemerintah Rouhani lantas memutuskan memperluas kebijakan yang awalnya hanya ditujukan bagi 3 juta orang itu menjadi kebijakan pembagian ransum bagi 17 juta rakyat miskin. Kebijakan itu secara luas dimaksudkan untuk menekan inflasi, yang didorong oleh sanksi ekonomi yang dijatuhkan Barat terkait program nuklir Iran.

Abolhasan Firoozabadi, wakil menteri perburuhan yang menangani program ini mengatakan kepada kantor berita milik pemerintah IRNA bahwa lebih dari 11 juta paket barang kebutuhan sejauh ini telah dibagikan kepada masyarakat miskin.

Masalah data orang miskin

Tapi antrian untuk menerima bantuan barang kebutuhan itu sangat panjang. ”Saya pulang ke rumah dengan tangan hampa setelah menunggu tiga jam di antrian. Mereka mengatakan tidak punya cukup barang hari ini,“ kata Zahr Sadri, seorang ibu tiga anak.

Ramin Pakzad, seorang pekerja lepas, mengatakan ia telah mencoba tapi gagal untuk menemukan antrian yang cukup pendek supaya ia tidak kehilangan pekerjaan jika mengantri terlalu lama.

Para lawan politik Rouhani menuding program ini gagal. Kelompok garis keras melalui harian milik mereka Javan menyatakan program ini sebagai ”penghinaan nasional.”

Tapi bahkan para pendukung Rouhani juga menyadari kekurangan program ini. ”Saya pikir ini adalah sebuah ide yang tidak diperhitungkan yang dijalankan pemerintah dengan terburu-buru dan tanpa persiapan,” kata Sadegh Zibakalam, seorang professor politik Teheran yang mendukung Rouhani saat pemilihan umum Juni tahun lalu.

Seorang analis yang berbasis di Teheran, Saeed Leilaz, mengatakan ia percaya bahwa program Rouhani ini telah gagal memilah-milah masyarakat mana yang dikategorikan layak untuk mendapat paket bantuan barang kebutuhan pokok. Para pejabat Iran berulangkali mengeluh mengenai masalah lemahnya data kependudukan.

Namun demikian Leilaz mengatan, Rouhani relatif berhasil menurunkan tingkat inflasi sejak ia menduduki jabatan Agustus lalu, “penurunan paling tajam dalam sejarah inflasi Iran.”

ab/rn (afp,ap,rtr)