1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Rusia Akan Balas Aksi Pengusiran Diplomat

30 Desember 2016

Rusia menyatakan akan balas aksi pengusiran 35 diplomatnya dari Amerika Serikat. Gara-gara dituduh meretas pemilu presiden lalu, Obama mengusir para diplomat itu dan menutup dua instansi diplomatik Rusia.

https://p.dw.com/p/2V2yR
China Treffen Putin Obama
Foto: picture-alliance/Sputnik/A. Druzhinin

Presiden AS, Barack Obama melakukan beberapa gebrakan mengejutkan di akhir masa jabatannya. Setelah melakukan manuver yang memungkinkan resolusi terhadap pembangunan pemukiman Yahudi oleh Israel, kini Gedung Putih mengambil langkah drastis terhadap 35 diplomat Rusia di Amerika Serikat.

Para diplomat Rusia itu diusir dengan alasan melakukan kegiatan mata-mata dan terlibat aksi peretasan atau "hacking" di saat pemilihan presiden 2016. Selain itu dua instansi diplomatik Rusia masing-masing di New York dan di Maryland dinyatakan ditutup.

Langkah Obama ini dinilai sebagai pengakuan, bahwa kekalahan kandidat presiden partai Demokrat, Hillary Clinton oleh kandidat partai Republik, Donald Trump disebabkan aksi peretasan data sensitif Hillary oleh hacker Rusia. Sebelumnya CIA dan FBI juga menyebutkan adanya serangan siber yang diduga keras didalangi Moskow.

Menanggapi aksi pengusiran diplomat Rusia di AS itu, kedutaan Rusia di London bereaksi dengan mengirim cuitan bernada melecehan presiden Obama dengan gambar seekor bebek dan tulisan Lame yang menggambarkan "lame Duck" alias bebek lumpuh.Pejabat dinas intelejen AS juga menuding bahwa presiden Rusia, Vladimir Putin secara langsung memimpin aksi peretasan dengan target utama partai Demokrat. Serangan siber yang disebut diotaki dinas intelejen militer Rusia (GRU) dan dinas keamanan federal (FSB) itu bertujuan membongkar borok Demokrat dan menyuplai beragam "fake news" yang dinilai memberi angin kepada Republik. Hasilnya, secara mengejutkan Trump akhirnya unggul dalam pemilu presiden.

Rusia ancam aksi balasan

Moskow sejauh ini menolak tudingan melakukan serangan siber serta peretasan dan menyebut tuduhan Washington itu tidak ada buktinya. Kremlin juga mengancam Gedung Putih dengan tindakan serupa sebagai aksi balasan terhadap para diplomat Amerika Serikat.

Jurubicara Kremlin, Dmitry Peskov menegaskan, tindakan yang dilakukan Obama akan merusak hubungan diplomatik dengan Rusia. ia juga mengatakan kepada wartawan, aksi pengusiran itu menunjukkan karakter politik luar negeri Obama yang tidak bisa ditebak dan agresif.

"Langkah pemerintah AS saat ini yang hanya tinggal tiga minggu berkuasa, menugisyaratkan dua hal. Pertama, ingin terus merusak hubungan diplomatik kedua negara yang sebetulnya sudah ada di titik terrendah. Dan kedua, ingin merusak rancangan politik luar negeri pemerintahan presiden mendatang," tambah Peskov kepada wartawan.

Trump yang akan memangku jabatan presiden AS tanggal 20 Januari mendatang, berulangkali melakukan pembicaraan pribadi dengan presiden Rusia, Putin dan memujinya. Dalam cuitan lewat twitter ia juga menunjukan sikap bersahabat terhadap Moskow.

Trump berulangkali mengecam tuduhan CIA dan dinas intelejen AS lainnya yang menyebut Rusia berada di belakang serangan siber itu. Tapi sejauh ini Trump masih bungkam, terkait pertanyaan, apakah ia akan mementahkan kembali aksi yang diambil Obama, setelah ia mengambil alih kekuasaan di Gedung Putih.

as/rzn(rtr,afp,ap,dpa)