1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

041011 Syrien UN Resolution

Agus Setiawan5 Oktober 2011

Usulan resolusi terbaru mengenai sanksi terhadap rezim di Damaskus kembali gagal di Dewan Keamanan PBB.

https://p.dw.com/p/12lr4
)
Dutabesar Rusia di PBB nyatakan resolusi Suriah sebagai konfrontatif.Foto: AP

Rusia dan Cina mengajukan veto di Dewan Keamanan PBB, untuk memblokir voting sebuah usulan resolusi mengenai sanksi terhadap penguasa di Suriah di bawah presiden Bashar al Assad. Sebelumnya anggota Dewan Keamanan dari Uni Eropa, yakni Inggris, Perancis, Jerman dan Portugal telah memperlunak formulasi usulan resolusinya, agar tidak diveto. Usulan resolusi mengancam dijatuhkannya sanksi terhadap Suriah, jika Assad dalam waktu 30 hari tidak mengeluarkan instruksi untuk menghentikan aksi kekerasan dan melakukan reformasi.

Menteri luar negeri Suriah, Walid Mualim tahu persis, negaranya tidak perlu takut terhadap ancaman masyarakat internasional. Dalam sidang PBB ia mengatakan : Saya berterimakasih kepada semua negara, yang berpihak kepada kami di saat krisis, dan menghindari kerusakan bagi negara kami.“

Mengapa pemerintah di Moskow memblokir usulan resolusi terbaru dari Uni Eropa, diungkapkan oleh Hilal Khashan dari Universitas Amerika di Libanon : “Rusia memiliki kepentingan di Suriah. Moskow tidak akan mengulangi lagi membuat konsensus seperti situasi Libya, yang tidak memberikan keuntungan bagi mereka. Barat sama sekali tidak mampu melakukan tindakan terhadap rezim di Damaskus."

Dari semula memang sudah diperhitungkan, Rusia dan Cina tidak akan mengubah sikapnya berkaitan kasus Suriah. Rusia merupakan pemasok senjata terbesar ke Suriah dan memiliki pangkalan militer di negara itu. Sementara Cina memandang bisnis dan minyak lebih penting dari hak asasi manusia. Di lain pihak, muncul sengketa dengan barat, menyangkut apakah aksi kekerasan yang dilakukan kelompok demonstran juga harus dikecam?

Oposisi Belum Kompak

Mayoritas kelompok oposisi Suriah berprinsip menggelar aksi demonstrasi damai. Mereka juga menolak intervensi dari luar negeri. Namun “Dewan Nasional Suriah” yang akhir pekan lalu dibentuk oleh berbagai kelompok dan faksi oposisi, hanya dapat bersatu karena memiliki satu tuntutan yang sama. Yakni, Assad harus lengser. Mouin Rabbani dari Institut untuk kajian Palestina di Washington berpendapat : ”Oposisi menentang Assad terus meluas. Tapi tidak terorganisir. Apa yang kita lihat adalah upaya untuk bersatu. Tapi terlalu dini untuk menyimpulkan, sekompak dan seefektif apa gerakannya.“

Selama negara-negara pemilik hak veto di Dewan Keamanan, seperti Rusia dan Cina berpendapat, bahwa target sebenarnya dari setiap resolusi terhadap Suriah adalah untuk meruntuhkan rezim, maka tidak akan ada satupun kecaman yang dapat lolos. Juga Cina dan Rusia secara diplomatis menyatakan, prihatin atas berlanjutnya kekerasan di Suriah. Namun Moskow dan Beijing menambahkan, resolusi Dewan Keamanan bukan merupakan langkah yang tepat untuk menuntaskan permasalahan.

 

Ulrich Leidholdt/Agus Setiawan

Editor : Carissa Paramita