1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Salah "Klik" di Thailand Bisa Berarti Penjara

8 Desember 2011

UU Les Majeste di Thailand guna melindungi monarki menyebabkan Ampon Tangnoppakul dipenjara 20 tahun. Kasus itu menunjukkan bagaimana pemerintah menyensor kebebasan berpendapat.

https://p.dw.com/p/13OxP
Ein thailändischer Mönch steht bei der Internet-Messe Expo 2000 am 25.5.2000 in Bangkok an freien Internet-Stationen. Auf der dreitägigen Ausstellung werden aktuelle Internet-Technologien vorgestellt.
Internet in ThailandFoto: dpa

Ampon Tangnoppakul total mengirimkan empat SMS kepada sekretaris pribadi mantan PM Abhisit Vejjajiva. Pengadilan melihat itu sebagai bukti bahwa Paman SMS demikian julukan pria itu oleh pers Thailand, menghina ratu. Isi SMS itu sendiri tidak diketahui dan memang tidak boleh diteruskan kembali, karena itu berarti mengulang penghinaan terhadap monarki yang juga memiliki konsekuensi hukum. Hingga kini Ampon membantah melakukan hal tersebut. Nomer pengirim SMS bukanlah nomer ponselnya. Pengadilan Thailand menetapkan hukuman 20 tahun penjara bagi Ampon.

Dalam keputusan itu hakim mengacu pada dua UU. Pertama pasal 112 UU Hukum Pidana yang disebut UU „Lese Majeste“. Pasal itu mencantumkan setiap pernyataan kritis terhadap raja, keluarga raja dan monarki akan dihukum. Pasal lainnya dalah UU untuk memerangi kriminalitas komputer yang ditetapkan tahun 2007. Ini mulanya ditujukan untuk memerangi pornografi dan kasus kejahatan komputer.

Jumlah Kasus Meningkat

Kombinasi penggunaan UU seperti itu pada waktu belakangan memicu meningkatnya penangkapan dan penjatuhan vonis. Menurut keterangan Bangkok Post tahun lalu terjadi 478 proses pengadilan. Dibanding tahun 2005 hanya ada 33 kasus.

ARCHIV - Thai King Bhumibol Adulyadej reviews the guard of honour during his 80th birthday parade held in Bangkok, Thailand, 02 December 2007. The parade is an annual event to pledge allegiance to the crown and celebrate the world's longest reigning monarch. King Bhumibo will turn 80 years on 05 December 2007. EPA/RUNGROJ YONGRIT (zu dpa-Korr.-Bericht: "Thailands König Bhumibol wird 80 - vom Jetsetter zum Gottkönig" am 04.12.2007) +++(c) dpa - Report+++
Raja Thailand Bhumibol AdulyadejFoto: picture-alliance/ dpa

Yang juga terkena proses pengadilan adalah surat kabar internet Prachatai. Situs ini sangat digemari di Thailand karena laporannya yang terbuka dan kritis. Sering kali kantor harian ini digeledah polisi. Pihak berwenang menuduh Prachatai melanggar UU anti kriminalitas komputer dan menghina monarki. Cara pengejaran ini menyebabkan forum online Prachatai yang dulunya dapat digunakan pengguna untuk bertukar pikiran kini ditutup. Mereka mengatakan tidak dapat menjamin kemanan pengguna ataupun keamanan portal itu sendiri. Demikian dilaporkan Jos Pachally dari Yayasan Jerman Heinrich Böll di Bangkok.

Perburuan di Internet

"Pemerintah Thailand masih melangkah lebih jauh. Dalam mengejar pelanggar kejahatan komputer berdasarkan studi yang dilakukan Yayasan Heinrich Böll, sejak tahun 2007 sedikitnya 57 ribu halaman internet yang diblokir. Jika halaman internet diblokir, ini menyangkut pelangaran UU Lese Majeste. Pornografi anak-anak, spamming dan phising, yang merupakan kasus klasik kriminalitas komputer, sebaliknya jarang ditangani. Demikian kata Pachally dari Yayasan Heinrich-Böll.

UU memerangi kriminalitas komputer di Thailand secara utama berfungsi bukan untuk memerangi kejahatan melainkan sebagai alat untuk mengawasi internet. Peran internet dapat diketahui dari bagaimana gencarnya pemerintah memeranginya.“ Demikian dikatakan penanggungjawab kawasan Asia pada Amnesty International, Maja Liebing. „Itu menjadi isyarat kepada masyarakat: Sampai di sini dan tidak lebih. Itu tentu saja membuat setiap orang berpikir seberapa jauh ia dapat menyampaikan pendapat politisnya secara umum.

NO-FLASH /// Symbolbild Blogger mit Logo von Amnesty International (Foto: dpa / Montage: DW)
Simbol gamar blogger dengan Logo Amnesty International

Sementara ini Facebook di Thailand yang memiliki sekitar 13 juta anggota juga diamati pemerintah. Plattform itu diminta menghapus 10 ribu halamannya oleh pemerintah Thailand. Pihak oposisi bahkan masih menuntut lebih jauh yakni menutup total YouTube dan Facebook, jika artikel-artikel yang kritis terhadap monarki gagal dihapusMenghadapi pembatasan kebebasan berpendapat di bawah payung hitam Lese Majeste muncul perlawanan. Muncul suara-suara kritis, kata Jost Pachally. Ada banyak diskusi di Facebook dan Twitter. Selain itu tema tersebut semakin banyak menjadi tema di Bangkok Post dan televisi. Para kritisi menyerukan untuk reformasi dan pembatasan UU Lese Majeste tsb. Mereka mengutip raja Thailand sendiri, yang pada tahun 2005 dalam pidatonya mengatakan bahwa ia sendiri tidak lepas dari kesalahan dan harus dikritik.

Amerika Serikat mengucapkan selamat ulang tahun kepada Raja Bhumibol pada hari jadi ke-84 tanggal 6 Desember 2011 lalu. Sekaligus memperingatkan secara jelas agar Thailand menghormati hak mengeluarkan pendapat.

DW/AFP/DK/HP