1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Sambutan Ramah bagi Tenaga Asing

30 April 2012

Agar tak kalah dalam persaingan global, Jerman perlu kembangkan budaya yang lebih ramah bagi tenaga kerja asing.

https://p.dw.com/p/14nBY
Foto: picture-alliance/dpa

Sejak beberapa tahun terakhir memang dibuat sejumlah kemudahan untuk memudahkan jalan bagi para pendatang ke pasar kerja Jerman. Namun, Jerman tak pernah benar-benar berhasil dalam persaingan global untuk menarik orang-orang pintar. Padahal tenaga asing makin dibutuhkan, karena jumlah warga Jerman yang berusia produktif kian menyusut.

Untuk menarik minat tenaga asing dan 'mengikat' mereka agar mau tinggal di Jerman, Dewan Penasehat Integrasi bentukan pemerintah Jerman mendorong ditumbuhkannya "budaya menerima dan menyambut". Dewan itu beranggota 30 orang dari organisasi migran, perhimpunan lokal, serikat kerja dan gereja.

Tanpa pendatang, bukan hanya masyarakat tetapi perekonomian Jerman juga akan semakin miskin. Dampak negatifnya akan berkepanjangan. Jerman akan kalah dalam persaingan global memperebutkan orang-orang pintar dan berbakat besar.

Heinrich Alt
Heinrich AltFoto: picture-alliance/dpa

Perubahan mental dalam soal pendatang

Heinrich Alt, anggota komisi eksekutif Dinas Tenaga Kerja Jerman, berpendapat bahwa Jerman butuh contoh baru, meninggalkan prinsip pembatasan imigran. "Jerman harus mampu meraih orang-orang bertalenta di dunia. Untuk itu dibutuhkan perubahan mentalitas dalam masalah imigran."

Di banyak belahan dunia, Jerman masih dianggap sebagai masyarakat tertutup, sebagai negara yang tidak terbuka, kata Alt.

Menurut pandangan Dewan penasahat Integrasi, UU yang mengurusi pendatang harus lebih dulu dikembangkan menjadi UU yang ramah imigran. Tujuh tahun silam misalnya, ijin tinggal bagi mahasiswa asing berakhir sesudah ia menyelesaikan kuliahnya di Jerman dan ia harus kembali ke tanah airnya. Peraturan yang dinilai tidak menguntungkan kedua belah pihak ini, kini sudah diperlonggar.

Jerman Tempat Ketiga

Di Jerman terdapat 'harta karun' berupa 250.000 mahasiswa dan mahasiswi asing, kata Heinrich Alt. ”Mereka semua bermotivasi tinggi, menguasai bahasa Jerman, belajar di universitas dan sekolah tinggi Jerman." Setelah Amerika Serikat dan Inggris, Jerman berada di posisi ketiga dalam jumlah mahasiswa asing.

Ausländische Studenten
Jerman berada di posisi ketiga dalam jumlah mahasiswa asingFoto: picture-alliance/ZB

Jerman dipandang menarik sebagai tempat kuliah, karena universitas di Jerman, terutama disiplin ilmu teknik, memiliki reputasi tinggi di dunia. Tambahan lagi, biaya kuliah di Jerman relatif murah. Tetapi kata Alt, ”Dari mereka yang menyelesaikan kuliahnya dengan nilai bagus, hanya sekitar 30% yang bertahan tinggal di Jerman". Harus dipikirkan mengapa demikian, kata Alt.

”Merujuk pada perubahan demografi, masa depan negara kita terletak pada keanekaragaman", kata Maria Böhmer, utusan pemerintah Jerman urusan integrasi. Ia mendukung pertemuan budaya.

Lewati Tiga Tahap

Pertemuan budaya melewati tiga tahap. Pertama, persiapan integrasi di negara asal. Kedua, integrasi awal saat kedatangan. Dan ketiga, pemantapan di Jerman. Selain itu, anggota keluarga harus dipikirkan dan ditawari bantuan sejak awal, kata Böhmer.

Die Integrationsbeauftragten der Bundesregierung, Maria Böhmer (CDU), aufgenommen am Montag (26.04.2010) im PFL Kulturzentrum in Oldenburg während der Pressekonferenz zur Bundeskonferenz der Integrations und Ausländerbeauftragten, die in der Stadt stattfindet. Foto: Carmen Jaspersen dpa/lni +++(c) dpa - Bildfunk+++
Maria Böhmer CDU Integration IntegrationsbeauftragteFoto: picture alliance/dpa

Para pendatang baru di Jerman selayaknya menerima “paket selamat datang” bagi semua hal penting dalam hidup keseharian di Jerman. Di wilayah-wilayah yang banyak kaum pendatang, juga harus disediakan pusat-pusat layanan informasi dan pendampingan. Aktivitas dan bantuan bagi pendatang juga ditawarkan di tingkat lokal.

Guna tercapai perubahan mentalitas di Jerman dalam menghadapi kaum pendatang, Dewan Penasehat Integrasi menuntut peran serta semua pihak. Termasuk kedutaan besar dan konsulat jendral di negara asal, aparat pemerintah di Jerman, pengusaha dan serikat kerja, serta setiap individu.

Sabine Ripperger/ Renata Permadi