1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

230511 Syrien Sanktionen Opposition

25 Mei 2011

Uni Eropa meningkatkan tekanan terhadap rejim Suriah. Presiden Bashar al-Assad dan 9 orang terdekatnya dilarang untuk memasuki wilayah Uni Eropa, serta aset mereka dibekukan.

https://p.dw.com/p/11NgH
Gambar simbol protes di SuriahFoto: dapd

Bagi oposisi Suriah, hubungan terpenting ke dunia luar adalah rekaman video yang mereka publikasi di jaringan internet, setiap hari. Seringkali, cara ini merupakan satu-satunya senjata melawan aparat negara yang dipersenjatai lengkap. Sulit bagi oposisi Suriah untuk menarik perhatian. Juga karena kamera telepon genggam dan pernyataan demonstran dari kota-kota dan desa-desa tidak mudah untuk diverifikasi. Gambar dari rekaman video menyerupai gabungan puzzle. Sementara jurnalis asing tak diijinkan rejim memasuki negara itu.

Para pemimpin yang dibenci rakyat, yang sejak dua bulan lalu memerintahkan pemrotes ditembak, ditangkap, dipenjara, kini tak bisa lagi memasuki Uni Eropa dan menggunakan asetnya di luar negeri. Tapi semua itu tak mengubah sedikitpun penderitaan rakyat di Suriah.

Rejim Assad sudah tujuh tahun hidup di bawah sanksi, sejak George W. Bush menetapkan negara itu sebagai poros kejahatan. Namun Damaskus dan Aleppo berkilauan, para miliarder tetap menjalankan bisnis mereka, seperti Rami Makhlouf pemilik perusahaan telepon genggam terbesar di Suriah, yang juga sepupu Presiden Bashar al-Assad. Di sisi lain terdapat tujuh juta penduduk Suriah, yang hidup di bawah garis kemiskinan, dengan penghasilan kurang dari 2 Dolar sehari.

Protes terhadap dijatuhkannya sanksi adalah ritual bagi pemerintah di Damaskus. Tetapi Damaskus mencatat, bahwa Barat tak bisa lebih dari mengambil tindakan simbolis. Suriah bukan Libya atau Mesir, kata pakar Timur Tengah Robert Fisk.

"Tidak seperti tentara Mesir yang melindungi rakyatnya, tentara Suriah melindungi rejim. Selain itu, tak ada negara di kwasan yang berkepentingan terhadap jatuhnya Assad. Israel, karena tak tahu apa yang akan terjadi, Arab Saudi karena takut akan militan Islam. Amerika Serikat juga tidak. Obama tidak menuntut jatuhnya Assad, ia hanya mengatakan, Assad sebaiknya menyingkir, jika tak bisa menyelesaikan masalah. Jadi, tak ada yang ingin Assad pergi. Suriah bukan Mesir,“ papar Robert Fisk.

Diperkirakan 850 orang tewas selama dua bulan gerakan protes, sama banyaknya dengan keseluruhan revolusi di Mesir. Perlawanan di Suriah akan lebih berdarah, atau malah gagal, karena kepatuhan aparat keamanan kepada rejim. Sekarang saja, demonstrasi yang diumumkan aktivis di internet hanya dikunjungi ribuan orang, jarang sekali puluhan ribu. Terlalu sedikit untuk menghadapi setengah juta tentara, satuan khusus, pasukan anti huru-hara dan penembak jitu.

"Butuh orang lebih banyak untuk menghadapi rejim,“ kata Robert Fisk, yang sejak puluhan tahun tinggal hidup di kawasan itu. Bahkan pengacara HAM Anwar al-Bunni yang baru saja bebas dari tahanan lima tahun mengakui kemungkinan gagalnya perlawanan rakyat. Namun rakyat Suriah akan tetap berjuang, hal semacam ini hanya terjadi dalam 200 sampai 300 tahun sekali. Jikapun tidak berhasil, ada perubahan yang tidak terelakkan.

Ulrich Laidholdt/Renata Permadi

Editor: Yuniman Farid