1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Selamat Ulang Tahun Ke-80, Romo Magnis Suseno

24 Mei 2016

Franz Magnis-Suseno, lahir di daerah Silesia, 26 Mei 1936. Warga kelahiran Jerman yang filsuf dan teolog dari Ordo Katolik Serikat Yesus ini kemudian memilih Indonesia sebagai negara dan tanah airnya.

https://p.dw.com/p/1ItST
Franz Magnis-Suseno Sozialphilosoph in Indonesien
Foto: gemeinfrei

Franz Magnis-Suseno, lahir di daerah Silesia, sekarang bagian dari Polandia, 26 Mei 80 tahun lalu. Warga Jerman yang filsuf dan teolog dari Ordo Katolik Serikat Yesus ini kemudian memilih Indonesia sebagai negara dan tanah airnya.

Nama Romo Magnis sudah dikenal luas di Indonesia, bukan sebagai teolog, namun sebagai salah seorang peneliti dan pengajar pemikiran dan teori-teori Karl Marx. Dari tulisan-tulisan dan kuliahnya itulah, banyak peneliti dan intelektual Indonesia memahami tentang dunia pemikiran Marxisme.

Lahir sebagai Franz Graf von Magnis di distrik Jerman Eckersdorf Glatz di Silesia (sekarang Bożków / Polandia), dia kemudian memilih tinggal di Indonesia sejak tahun 1961. Ketika itu, dia datang pada usia 25 tahun untuk belajar filsafat dan teologi di Yogyakarta. Tahun 1977 Franz Magins mengambil kewarganegaraan Indonesia dengan nama Suseno.

Magnis-Suseno sudah menulis lebih dari 30 buku dan ratusan artikel di berbagai media, terutama tentang Marxisme, etika, filsafat, politik dan budaya Jawa. Awal 1969, dia ikut mendirikan Sekolah Tinggi Filasafat Driyarkara di Jakarta, yang kini memiliki bidang studi sampai jenjang S-3.

Franz Magnis-Suseno

Dalam banyak tulisan dan penampilan di televisi, radio maupun berbagai acara diskusi, Romo Magnis selalu mempromosikan dan menekankan pentingnya etika politik dan keadilan sosial.

Tahun 2015, Romo Magnis dianugerahi Bintang Mahaputra Utama oleh Pemerintah RI atas jasa-jasanya di bidang kebudayaan dan filsafat. Dari pemerintah Jerman, dia sudah lebih dulu dianugerahi Bintang Jasa Kehormatan 'Das Große Verdienstkreuz des Verdienstordens' tahun 2001.

Tahun 2007, Romo Magnis menolak penghargaan Bakrie Awards yang diberikan untuk jasa-jasanya dalam bidang sosial. Dia menolak dengan alasan, kelompok Bakrie tidak bertanggung jawab kepada warga setempat dalam Lumpur Lapindo.

“Jika menerima, saya akan selalu merasa bersalah menerima penghargaan dari orang yang perusahaannya mengakibatkan rakyat Porong, Jawa Timur menderita,” kata dia kepada media.

Heinz Schütte und Franz Magnis Suseno
Romo Magnis dan Heinz Schütte pada acara peluncuran buku di Goethe Institut Jakarta, Oktober 2013Foto: Goethe-Institut

Tahun 1945, keluarga Franz Magnis Suseno terpaksa pindah ke Jerman Barat setelah terusir dari Silesia dalam kekalutan perang dunia. Dia kemudian mengambil jurusan filsafat dan minta ditugaskan ke Indonesia, setelah bergabung dengan ordo Serikat Yesus (Jesuit).

Tahun 1973, Romo Magnis menerima gelar doktor di Universutas München (Munich) dengan tesis tentang pemikiran Karl Marx muda ('Normative Voraussetzungen im Denken des jungen Marx').

Di Indonesia, Romo Magnis juga dikenal baik di kalangan aktivis politik. Pemikiran-pemikirannya mengilhami banyak aktivis muda untuk bergerak menentang kekuasaan otoriter Suharto dan rejim Orde Baru.

Dalam wawancara sehubungan dengan Frankfurt Book Fair 2015, Romo Magnis mnmgakui bidang studi filasafat masih sulit mendapat 'pengakuan' di Indonesia.

"Filsafat di Indonesia sangat lemah karena hampir tidak mendapat dukungan dari lingkungan akademik," ujarnya. Tapi Romo Magnis yakin, bidang studi filsafat ke depan akan semakin digemari di Indonesia.

hp/rn (dwindonesia, KNA)