1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Sengketa Istilah "Genosida" Etnis Armenia Makin Panas

23 April 2015

Sengketa penggunaan istilah "genosida" terhadap warga Armenia saat Perang Dunia I 100 tahun lalu kini makin meruncing. Sejumlah negara Eropa menyatakan terjadi genosida, Turki menentang keras istilah itu.

https://p.dw.com/p/1FDPW
Armenien Völkermord ARCHIV
Foto: Auswärtiges Amt

Sengketa makin panas. Penggunaan istilah "genosida" terhadap warga Armenia dari perang di zaman Kekaisaran Usmaniyah 100 tahun lalu kini memicu krisis diplomatik antara Turki dan sejumlah negara Eropa. Turki sejauh ini tetap menentang keras penggunaan istilah itu.

Paus Fransiskus beberapa hari lalu bahkan menyatakan, peristiwa yang menyebabkan tewasnya antara 300.000 hingga 1,5 juta warga Armenia pada tahun 1915 itu sebagai genosida pertama di abad ke 20. Di Eropa beberapa negara diantaranya Swiss, Austria dan Perancis, sudah menyebut resmi peristiwa itu sebagai pembunuhan massal. Hal itu memicu ketegangan diplomatik dengan Turki, yang sudah menarik beberapa dutabesarnya dari negara bersangkutan.

Namun Presiden Amerika Serikat Barack Obama, dengan memandang Turki sebagai mitra NATO terpenting di kawasan, menyatakan lewat stafnya, tidak akan menggunakan istilah genosida. Namun Gedung Putih mengimbau Turki untuk mengakui fakta sejarah itu. Sejauh ini Jerman juga belum secara resmi menyebutnya genosida.

Fakta sejarah

Peristiwa yang terjadi di bekas Kekaisaran Usmaniyah pada saat Perang Dunia I tahun 1915 itu amat rumit dan melibatkan sejumlah aktor yang kini mengukuhi pendapatnya sendiri. Dalam perang yang melibatkan banyak pihak itu, terlihat bahwa Kekaisaran Usmaniyah dipastikan akan runtuh. Sekitar 100.000 serdadu Usmaniyah, kebanyakan entis Turki, tewas dalam perang melawan tentara Rusia di Sarikamis.

Etnis Turki menuding etnis Armenia sebagai penyebab kekalahan. Kebanyakan etnis Armenia yang beragama Kristen saat Perang Dunia I mendukung pihak Rusia, dengan harapan bisa merdeka dan mendirikan negara sendiri. Saat itu seluruh wilayah Armenia masih tercakup ke dalam Kekaisaran Usmaniyah. Etnis ini oleh Kesultanan Usmaniyah dibebaskan menganut agamanya dan menjalankan tradisinya.

Sebagai tindakan balasan, seluruh serdadu etnis Armenia dalam ketentaraan Usmaniyah dilucuti senjatanya dan banyak yang dihukum mati. Sebagai reaksinya, etnis Armenis melakukan pembangkangan dan juga pembunuhan terhadap warga Muslim tak bersenjata. Sebagai dampaknya dilakukan razia terhadap elit warga Armenia dan diberlakukannya undang-undang deportasi yang ditaksir menewaskan 1,5 juta etnis Armenia.

Kini sengketa istilah genosida mencuat lagi. Jerman yang saat Perang Dunia I diwakili Kekaisaran Ketiga adalah pendukung utama Kesultanan Usmaniyah. Saat berkecamuk perang, Kekaisaran Jerman mengirim senjata, pakar militer dan membangun jalur kereta ke Bagdad. Sebelumnya Jerman tidak pernah menyebut peristiwa itu sebagai genosida. Namun bertepatan 100 tahun deportsai etnis Armenia, Jumat (24/04/15), Parlemen Jerman akan membahas istilah genosida itu dalam sidangnya.

Peringatan 100 tahun deportasi dan "genosida itu" akan dihadiri sejumlah kepala negara Eropa. Armenia sudah membahas masalah peristiwa "genosida" tersebut dengan Ankara sejak 2009 namun macet di tingkat parlemen. Pemerintah Turki juga sidah mengakui di zaman kesultanan Usmaniyah dilakukan pembunuhan serdadu dan deportasi etnis Armenia, tapi itu bukan genosida.

as/yf(dpa,dw,rtr, afp)