Seniman Indonesia Rambah Sub Sahara
Sementara seniman lain mengincar pameran di Eropa atau Amerika, perempuan Tapanuli Utara ini merambah Sub Sahara Afrika, lewat karya seni rupa dan lukisnya.
Menjelajahi Afrika Lewat Seni
Beberapa tahun belakangan, Grace Siregar bermukim di Senegal, setelah sebelumnya tinggal di Inggris dan Kamerun. Hidupnya terus mengelana, namun satu yang melekat dan mengikuti terus petualangan perempuan kelahiran Tarutung, Tapanuli Utara ini kemanapun: karya seni.
Tranquility Reversed
Pameran instalasi Tranquility Reversed karya Grace ini menggali dan mengingatkan keindahan serta rasa tenang di dalam kehidupan bermasyarakat terutama untuk masyarakat di negara-negara Sub-Sahara termasuk Kamerun. Pameran tunggal Tranquility ini diselenggarakan di Galeri Seni Rupa Pusat Kebudayaan Perancis (Institut Francais) Yaounde, Kamerun, 2014.
Kedamaian dalam Ceret
Pameran Pameran instalasi Tranquility Reversed menggunakan material ceret plastik yang bercorak zebra. Material ini dapat dengan mudah ditemukan di setiap sudut negara Kamerun. Pelengkapnya menggunakan lampu, kayu, kabel dan listrik.
Sang Seniman dari Tanah Batak
Ini karya Grace berjudul "Wild Construction". Grace Siregar berkecimpung dalam seni rupa instalasi sejak tahun 1996. Perempuan yang berasal dari Sumatera Utara ini telah menyelenggarakan pameran di berbagai negara di dunia, di antaranya: Indonesia, Australia, Timor Leste, Sri Lanka, Britania Raya, Belanda, Kamerun, Afrika Tengah dan masih banyak lagi.
Perupa Pertama di Sub Sahara
Grace tengah bersama para sahabat seniman di Afrika. Sebagai perupa Indonesia yang pertama berpameran dibenua Afrika Sub-Sahara seperti Kamerun dan Senegal, ia berhasrat menjadi pembuka jalan atau pionir bagi para seniman Indonesia yang ingin mulai melebarkan sayap berkesenian ke benua Afrika yang sedang menjadi pusat perhatian seni dunia.
Tak Melulu Eropa dan Amerika
Dalam tiap pamerannya, selain berdiskusi tentang seni budaya, ia pun memperkenalkan Indonesia di tatanan internasional. Grace juga sering berpameran di Eropa. Tapi menurutnya itu tidak cukup. Seniman Indonesia perlu juga berani berbelok ke Afrika. “Saya bangga sudah melakukannya,“ ujar Grace sang pionir.
Losing it
"Losing It" adalah karya instalasi Grace yang dipamerkan di Kamerun Biennale tahun 2014 di halaman Galeri Nasional di Yaounde, Kamerun. Berupa ornamen-ornamen bulat berwarna-warni terbuat dari plastik, karya ini bercerita tentang bagaimana peradaban modernisasi teknologi internet misalnya di Afrika Sub-Sahara tumbuh pesat seperti jamur. Materialnya terdiri dari kabel, lampu dan listrik.
Darah Seni Mengalir di Tubuhnya
"Time Machine" dari es balok ini mengingatkan pada perjalanan waktu manusia di bumi hingga mencairnya es di kutub akibat perubahan cuaca karena ulah manusia. Grace melukis sejak usia 6 tahun. Lahir di tanah Batak, ia tumbuh dan dibesarkan dalam budaya Batak-Melayu di Bangka. Ayah-ibunya pecinta seni musik. Ia kemudian belajar seni instalasi. Usai kuliah, ia berpameran hingga ke Eropa.
Memberi Ruang bagi Seniman Lain
Di Indonesia, ia juga membuka galeri seni Tondi di Medan dari tahun 2004 sampai 2009. Pada saat itu para seniman lain mendapatkan kesempatan untuk memamerkan karya-karya seninya di galeri tersebut. Ini menjadi wadah untuk menumbuhkan kreativitas di seniman Sumatera.
Seni jadi Media Kampanye
Grace pun memakai bakat seninya bagi kampanye perdamaian di kawasan yang pernah dililit konflik seperti di Maluku Utara. Di sana ia bersama bocah-bocah menggambar dan memamerkannya sebagai pesan perdamaian. Sementara keprihatinannya atas pembunuhan aktuivis HAM Munir ditumpahkannya di atas kanvas.
Tiap Karya Bermakna
Setiap karya seninya meninggalkan makna khusus dalam kehidupan. Mulai dari kerusakan hutan hingga perubahan iklim bumi. Sedangkan lukisan berjudul Amnesia ini mempunyai makna bagaimana perang meninggalkan jejak kehilangan ingatan dengan melakukan kekejaman.
Terus Berkarya
Sementara instalasi berjudul Dépression punya makna tentang depresi yang kerap dialami manusia dalam perjalanan hidupnya, yang digambarkannya dalam tanda-tanda rambut rontok yang terbuang di saluran air. Tanpa mengenal batas ruang dan waktu Grace ingin terus berkarya, membawa nama Indonesia ke seluruh dunia.