1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Seniman Kurang Tertarik Kampanye Pemilu

Jan Bruck12 September 2013

Biasanya banyak seniman dan artis komedian yang menggunakan pemilu sebagai bahan pertunjukannya. Tapi kali ini, mereka kurang tertarik dengan tema pemilu.

https://p.dw.com/p/19gWf
Plakat raksasa foto tangan Kanselir Angela Merkel di Berlin (2 September, 2013).
Plakat raksasa foto tangan Angela Merkel di BerlinFoto: Reuters

"Yang bagus dalam pemilu adalah, banyak politisi yang digantung di lampu jalanan," kata komedian Fatih Cevikkollu. Tapi ia mengakui, pemilu kali ini kurang menarik. Kanselir Merkel hanya beraksi sesuai motto: "tutup mulut dan maju terus!" dan tidak mau berbicara tentang tantangan masa depan, demikian Cevikkollu. Sementara penantangnya, Peer Steinbrück, tidak sanggup menandingi Merkel dan malah perlu dikasihani.

Fatih Cevikkollu bahkan berpikir untuk sengaja memberi suara tidak sah dalam pemilu mendatang. Memang banyak pemilih di Jerman yang mulai kehilangan kepercayaan kepada politik. Terutama di kalangan intelektual dan seniman. Mereka menganggap kampanye kali ini benar-benar membosankan.

Kurang Menarik

Mingguan Jerman "Die Zeit" baru-baru ini meminta 48 orang intelektual dan seniman menanggapi kampanye pemilu 2013. "Die Zeit" juga bertanya partai apa yang menjadi pilihan mereka. Ternyata, hampir 60 persen menolak memberi pilihan. Penilaian mereka: Jika partai-partai besar punya posisi yang serupa, bagaimana harus menjatuhkan pilihan?

Pengarang dan jurnalis Matthias Greffrath mengeritik sikap para intelektual. "Dulu, para intelektual sering mengingatkan para politisi tentang kewajiban mereka." Sekarang yang didiskusikan adalah, apakah seseorang perlu ikut pemilu atau tidak. Greffarth menunjuk pada sebuah artikel di majalah "Der Spiegel" yang ditulis pakar sosialpsikologi Harald Welzer.

Dalam tulisannya, Welzer menyatakan tidak akan ikut pemilu. Ia menerangkan, sikap ini merupakan satu isyarat bahwa ia tidak setuju dengan partai-partai politik yang sudah terlalu mirip satu dengan yang lain, dan tidak punya visi politik untuk masa depan.

Ikut pemilu atau tidak?

Pengarang Jerman Ingo Schulze tidak setuju dengan seruan untuk tidak ikut pemilu. Schulze yang berasal dari Jerman Timur menerangkan, masih banyak perbedaan di antara partai politik. Tapi perbedaan itu tidak menjadi sorotan publik. Schulze mengatakan, ia akan memilih Partai Kiri Die Linke. Ia mengakui, pernyataan terbuka tentang preferensi politik bisa saja merugikan seorang penulis. Mungkin ada pembaca yang tidak jadi membeli bukunya, setelah tahu ia mendukung Die Linke, kata Schulze. Tapi ia siap menanggung resiko ini dan tetap mempromosikan Die Linke.

Pengarang terkenal lain, Tanya Dückers, secara tegas menolak dukungan terbuka dari kelompok intelektual terhadap sebuah partai. Dalam sebuah artikel di koran ia menulis, seorang intelektual harus bisa tetap bebas dan independen. Mereka harus menjaga jarak terhadap kekuasaan.

Mendukung tapi menolak ikut kampanye

Sutradara teater dan film Anderas Veiel mendukung Partai Hijau. Tapi dia tidak mau ikut kampanye pemilu. "Bukan peran saya untuk terlibat dalam sebuah partai politik." Veiel ingin ada perdebatan dalam masyarakat tentang demokrasi. "Tugas saya sebagai seniman adalah, mengamati proses, ikut dalam debat dan mengingatkan, kalau ada ancaman terhadap demokrasi."

Dalam karya teaternya yang aktual, Veiel mengangkat tema tentang sepak terjang perbankan dan dunia keuangan yang sempat menjerumuskan dunia dalam krisis besar. Ia melakukan wawancara intensif dengan 20 bankir dan pedagang saham selama berbulan-bulan. Ia menyimpulkan: "Sistem keuangan ini sudah sangat kompleks dan tidak bisa dipahami lagi oleh para politisi." Menurut Veiel, sepak terjang pasar keuangan bisa menggoyahkan sistem demokrasi. Karena itu, dunia seni juga harus menyoroti masalah ini.

Ketua Akademi Seni di Berlin, Klaus Staek, menganjurkan seniman untuk lebih aktif berpartisipasi dalam politik. "Kita sudah menjadi seperti penonton demokrasi," katanya. Padahal, demokrasi berarti juga partisipasi. "Kalau kita tidak setuju dengan suatu perkembangan, kita harus melakukan sesuatu," tandasnya.