1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Sepakbola di Afrika

Katrin Gänsler/Dyan Kostermans5 Januari 2010

Di mana-mana di Afrika tampak orang asyik mengejar bola kulit bundar. Sepak bola adalah olah raga rakyat di Afrika, tapi juga bola permainan politik. Juga menjelang dimulainya turnamen sepakbola dunia 2010.

https://p.dw.com/p/LLZi
Sepakbola adalah olah raga yang digemari warga dan politisi di AfrikaFoto: Dirk Bathe

Lima bulan lagi peluit piala dunia sepakbola akan dibunyikan. Terutama di Afrika Selatan gairah sepakbola sangat besar. Di kota-kota seperti Johannesburg, Durban dan Capetown dimana-mana terpampang plakat acara akbar itu. 2010 (Twenty-Ten) julukan populer untuk turnamen sepakbola tersebut menjadi tema utama pembicaraan. Warga Afrika Selatan mengharapkan kemenangan tim sepakbolanya. Tapi bagaimana mereka dapat menandingi tim lawan yang kuat dari Meksiko, Uruguay dan Perancis dalam putaran pertandingan awal? Bartholomäus Grill koresponden harian Jerman Zeit dan penulis buku tentang sepakbola di Afrika merasa skeptis

„Safa, federasi sepakbola Afrika Selatan boleh dikatakan wadah para koruptor. Jika orang bertanya mengapa kesebelasan sepakbola Afrika Selatan kurang menampilkan prestasi yang baik, hal itu juga berkaitan dengan kurangnya strategi pengembangan, buruknya dorongan bagi pemain harapan dengan sistem pencarian bakat yang buruk karena kurangnya dana, karena dana ini disalah gunakan."

Namun korupsi bukan satu-satunya masalah yang dihadapi dunia olah raga. Di banyak negara para penguasa memanfaatkan sepak bola untuk kepentingan dan tujuan mereka. Misalnya mantan diktator Nigeria Sani Abacha pada tahun 90-an memainkan pengaruh langsung terhadap kesebelasan nasionalnya dan bahkan turut campur dalam susunan pemain. Semua keberhasilan tim Nigeria dicatat sebagai keberhasilannya. Dan itu bukan kasus tunggal.

Grill: „Orang dapat memanfaatkan sepakbola seperti halnya opium untuk mengalihkan perhatian masyarakat, untuk menumbuhkan rasa kebangsaan, misalnya di Kamerun dimana Presiden Biya merupakan penguasa abadi. Setiap kali Kamerun mencatat sukses, ditetapkan libur tiga hari. Jadi orang memanfaatkan sepak bola sebagai alat propaganda.“

Tapi tidak hanya presiden dan menteri yang berpengaruh terhadap sepakbola. Di seluruh Afrika kepercayaan akan kekuasaan gaib tersebar luas. Kecelakaan lalu lintas, kematian seekor kambing atau penyakit, semua ini sering dikaitkan dengan kekuatan gaib.

Grill: „Setiap kesebelasan memiliki Sangoma atau dukun. Dan yang menang adalah dukun yang lebih kuat. Jika setelah permainan orang mengatakan kelihatannya dukun kalian tidak berhasil, maka dukun tim lainnyalah yang lebih baik.“

Meskipun demikian para pemain tidak hanya mengandalkan dukunnya. Mereka mengejar bola kemana pun. Hal itu membuat para pemain sering tampak seperti seniman yang tergila-gila bola. Mereka punya teknik permainan yang luar biasa. Tapi itu tidak membuat pertandingan makin menarik justru sebaliknya

Grill: „Jika turun ke lapangan, pertandingan berjalan lambat. Sering membosankan, karena terlalu banyak permainan di lapangan tengah. Dengan kelambanan ini peluang gol jarang tercipta. Mungkin hanya di benua ini peluang besar menciptakan gol sering kali begitu disia-siakan.“

Tapi ada juga tim yang punya pemain-pemain bagus. Misalnya Pantai Gading. Banyak pemainnya bermain di Liga Eropa. Pakar sepak bola Afrika Bartholomäus Grill menjagokan kesebelasan Afrika dapat mencapai semi final, khususnya bagi kesebelasan Pantai Gading.