1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Sepuluh Tahun Hiruk-Pikuk Euro

2 Januari 2012

Tanggal 1 Januari 2002, Euro menjadi mata uang resmi di 12 negara Eropa. Sepuluh tahun kemudian, dapat diperdebatkan apakah Euro sebuah kisah sukses atau desain yang gagal.

https://p.dw.com/p/13d43
Ilustrasi mata uang Euro di tengah krisis utang
Ilustrasi mata uang Euro di tengah krisis utangFoto: picture-alliance/chromorange

Pengenalan mata uang Euro kerap disebut sebagai kesuksesan logistik, meski desain persatuan moneter Eropa itu sendiri kerap dipertanyakan. Ide mata uang bersama Eropa telah muncul sejak tahun 60-an. Di tahun 1971, Presiden Amerika Serikat saat itu, Richard Nixon mendesak perwujudan ide tersebut. Saat itu Amerika Serikat secara unilateral meniadakan konvertibilitas Dolar dengan emas, sehingga sistem Bretton Woods resmi berakhir dan Dolar menjadi mata uang yang nilainya tergantung aturan pemerintah Amerika.

Asal-usul Euro

Jadi dapat dimengerti saat enam negara Eropa pada tahun 1972 membuat sebuah mekanisme nilai tukar mata uang. Mereka membiarkan nilai mata uang mereka mengular dengan selisih yang tidak beda jauh satu sama lain. Langkah ini diambil untuk memfasilitasi dan mempromosikan arus barang, layanan dan modal ke komunitas Eropa. Satuan mata uang buatan digunakan, bernama European Currency Unit, disingkat ECU.

Mantan Kanselir Helmut Schmidt yang saat itu menjabat menteri keuangan Jerman berkisah, "Dulu kami punya semacam kesepakatan bisu bahwa ECU nantinya akan menjadi mata uang bersama. Meski waktu itu belum jelas apakah akan menjadi mata uang tunggal. Mungkin juga mata uang yang paralel dengan mata uang masing-masing negara. Orang yang mengangkat dan mempromosikan ide ini adalah Jacques Delors."

Mantan Kanselir Helmut Schmidt
Mantan Kanselir Helmut SchmidtFoto: dapd

Delors saat itu adalah Presiden Komisi Uni Eropa yang merupakan fondasi persatuan ekonomi dan moneter Eropa. Di tahun 1998, Bank Sentral Eropa (ECB) terbentuk. Hingga kini, ECB berhasil menghindari pergolakan pasar mata uang. Pada hari perdagangan pertama tanggal 4 Januari 1999, Euro diperdagangkan pada level 1,18 Dolar. Para politisi dan ekonom Eropa langsung gugup begitu nilai tukar Euro turun drastis secara bertahap. Pada bulan Oktober tahun 2000, Euro menyentuh titik terendah sepanjang masa terhadap Dolar pada level 82 sen.

Salah keputusan

Pasar mata uang cukup jeli untuk melihat apakah para pembuat kebijakan mengambil langkah yang tepat untuk memperkuat Euro. Sejumlah keputusan seperti membiarkan Italia tenggelam lebih jauh dalam timbunan utang, atau menerima Yunani sebagai anggota ke-12 zona Euro dianggap sebagai kesalahan. Menteri Keuangan Jerman pada tahun 90-an, Theo Waigel, ikut berpartisipasi dalam negosiasi Euro. "Saat itu sejumlah negara mengalami masalah finansial akibat krisis pada akhir tahun 80-an, karena kesalahan negara-negara itu juga. Kami tidak punya masalah dengan mata uang Euro, tapi lebih spesifik ke negara-negara ini," ujar Waigel.

Kalangan ekonom juga setuju bahwa Euro bukanlah penyebab masalah finansial yang saat ini melanda beberapa negara zona Euro. "Masalah yang dihadapi negara-negara bagian selatan Eropa, terutama Yunani dan Portugal, penyebabnya internal," menurut Institut Riset Ekonomi Köln. Justru Euro yang memberi peluang besar bagi negara-negara yang kini bermasalah melalui tingkat bunga kredit rendah bagi obligasi pemerintah.

Starter-kit Euro yang diperlihatkan di Bremen, Jerman, pada pertengahan Desember tahun 2001
Starter-kit Euro yang diperlihatkan di Bremen, Jerman, pada pertengahan Desember tahun 2001Foto: AP

Kebijakan internal

Negara-negara tersebut memanfaatkan peluang bukan dengan fokus terhadap pertumbuhan ekonomi, namun Yunani dan Portugal meningkatkan program belanja sosial. Di Yunani contohnya, pengeluaran program sosial naik 19 persen dari produk domestik bruto Yunani di tahun 1995 menjadi lebih dari 25 persen di tahun 2007.

Tingkat bunga kredit rendah mendorong pinjaman besar-besaran pemerintah, perusahaan dan konsumen, sehingga mendorong booming ekonomi palsu yang mendorong naiknya harga-harga dan tingkat upah. Akibatnya, impor melonjak dan ekspor menurun. Terciptalah gelembung ekonomi yang akhirnya pecah pada saat pasar modal menolak untuk membiayai defisit perdagangan. Negara-negara itu kini tidak mampu bersaing dan butuh untuk mendevaluasi Euro secara individual. Namun langkah ini tidak diakui dalam sistem Euro. Tidak ada satu pun negara zona Euro yang boleh menyesuaikan nilai tukar Euro.

Segi positif Euro

Di sisi lain, Euro terbukti sebagai mata uang yang dapat diandalkan. Perusahaan-perusahaan Eropa menghemat biaya transaksi hingga miliaran Euro. Saat ini Euro adalah mata uang simpanan terpenting kedua setelah Dolar. Dan di tengah hiruk-pikuk di Eropa, Euro tetap stabil terhadap Dolar.

Siapapun yang berbisnis atau berlibur di wilayah yang menggunakan Dolar, tentunya tertarik dengan kekuatan nilai Euro. Namun lebih banyak yang lebih mengkhawatirkan stabilitas Euro. Terutama di Jerman, Euro awalnya dipandang sebagai mata uang yang mendorong naiknya harga-harga. Pandangan tersebut bertahan hingga kini. Padahal statistik berbicara lain. Dalam 10 tahun penggunaan Euro, inflasi di zona Euro lebih rendah ketimbang saat Mark Jerman merupakan mata uang resmi.

Rolf Wenkel/Carissa Paramita

Editor: Christa Saloh-Foerster