1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Sepuluh Tahun Usai Serangan 9/11

11 September 2011

Serangkaian acara yang menandai peringatan 10 tahun serangan 11 September tetap berlangsung, walaupun adanya laporan akan ancaman serangan baru. Sejumlah warga AS tetap menghadiri upacara di Ground Zero.

https://p.dw.com/p/12Wt3
Lokasi konstruksi banguan WTC 1Foto: dapd

Sepuluh tahun pasca serangan teror di New York dan Washington, warga dunia turut memperingati hari bersejarah tersebut. Di Berlin, Presiden Jerman Christian Wulff menghadiri peringatan yang digelar di Gereja Amerika yang turut dihadiri perwakilan dari agama Kristen, Yahudi dan Islam. Di Perancis, warga Paris menghadiri konser dan misa di Katedral Notre-Dame serta peresmian replika Menara Kembar dekat menara Eiffel. Di Belgia, pimpinan NATO Anders Fogh Rasmussen memimpin upacara dan menyampaikan harapannya bagi masa depan dunia. Di Roma, para penumpang serta staf dua bandara mengheningkan cipta selama satu menit pada pukul 2 siang lewat 46 menit bertepatan dengan saat pesawat pertama menghajar World Trade Center satu dekade yang lalu.

Di New York, ribuan orang menyaksikan pembukaan National September 11 Memorial. Presiden Barack Obama beserta mantan Presiden George W. Bush turut hadir. Warga Amerika Serikat lainnya bersatu dalam duka hari Minggu (11/9) ini memperingati tewasnya hampir 3000 orang yang memulai era perang dan perpecahan pahit di dalam negeri. Pihak kepolisian di New York dan Washington siap siaga setelah terungkap adanya ancaman serangan dari Al Qaida yang disebut sebagai berita yang 'bisa dipercaya, namun belum dikonfirmasi'.


Berbagai Kawasan Tertentu Perbanyak Jumlah Patroli Polisi

Keamanan khususnya diperketat di Manhattan. Polisi tampak memeriksa kendaraan di jalanan kota, begitu juga kendaraan yang melewati jembatan dan terowongan untuk memasuki kota. Di seluruh New York, terlihat polisi bersenjata berat dan anjing pelacak bom. Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Hillary Clinton tidak membantah, bahwa Al Qaida bisa setiap saat menyerang Amerika Serikat kembali. Namun, Menteri Perlindungan Dalam Negeri Janet Napolitano menganggap kemungkinan terulangnya serangan seperti 11 September kini lebih kecil. "Kita tidak pernah bisa menjaminnya. Tetapi jika menilik perubahan yang terjadi dalam 10 tahun terakhir : intelijen lebih baik, pembagian informasi lebih baik, pemeriksaan visa lebih baik, pemeriksaan lebih baik tentang mereka yang mengikuti sekolah penerbangan, dan pemeriksaan lebih ketat di bandara. Ini hal-hal yang tidak dilakukan sebelum 11 September. Dan ini bagian dari keamanan yang ada sekarang."

Obama : "AS Menolak Untuk Takut dari Teroris."

Presiden Barack Obama telah meminta warganya untuk lebih bersikap siap dan siaga. Untuk pertama kalinya Obama dan pendahulunya George W. Bush akan menghadiri upacara peringatan di lokasi runtuhnya menara kembar, WTC, di New York bersama keluarga anggota korban. Walikota New York Michael Bloomberg dan pendahulunya Rudolph Giuliani juga turut serta. Selain itu Obama juga akan terbang ke lokasi kejadian lainnya di Pennsylvania dan Pentagon. Dalam pesan radio mingguannya, Obama mengatakan Amerika Serikat kini lebih kuat dan Al Qaida menuju kekalahan. "Satu dekade setelah 11 September, jelas bagi seluruh dunia yang menyaksikan, bahwa teroris yang menyerang kami di pagi hari September waktu itu, tak bisa menandingi karakter warga kami, ketabahan bangsa kami atau daya tahan nilai-nilai yang kami anut. Mereka ingin meneror kami. Tetapi sebagai warga Amerika, kami menolak untuk hidup dalam ketakutan."

Serangan 11 September Menyatukan Warga AS

Dalam upacara peringatan tahun ini, tidak seperti yang sudah-sudah, ritual pembacaan nama korban yang tewas akan dilakukan di depan latar belakang menara WTC baru yang hampir selesai dibangun. Di hari Minggu ini (11/9) juga akan menunjukkan dedikasi dalam bentuk monumen berwujud air mancur yang ditempatkan di bekas fondasi kedua menara yang dihancurkan. Peringatan peristiwa 11 September membuat warga Amerika Serikat merasa lebih bersatu dibandingkan kejadian lain. Menurut sebuah jajak pendapat yang digelar pekan lalu, 97 persen responden ingat dimana mereka tengah berada saat mendengar berita serangan teror tersebut.  

afp / rtr / Vidi Legowo-Zipperer

Editor : Edith Koesoemawiria