1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Sosial

Penyanderaan Bajak Laut Melonjak

10 Januari 2017

Jumlah kasus pembajakan kapal tahun 2016 turun ke titik terendah dalam 18 tahun terakhir. Namun angka penculikan awak kapal dengan meminta tebusan melonjak, terutama di Afrika barat dan Laut Sulu dekat Filipina.

https://p.dw.com/p/2VY5h
EU-Einheit Somalia Piraten Angriff
Foto: picture-alliance/dpa

Biro Maritim Internasional yang bermarkas di Kuala Lumpur, dalam laporan tahunannya menyebutkan, jumlah kasus pembajakan kapal di seluruh dunia, turun dari 246 kasus pada tahun 2015 ke 191 kasus di tahun 2016. Angka ini merupakan yang terendah sejak tahun 1998.

Tahun 2015, perompak menyerang 15 kapal dan menahan 151 orang sebagai sandera, sementara tahun 2016 tercatat tujuh kasus pembajakan kapal laut dengan menyandera 151 orang.

Angka penculikan dengan tebusan melonjak

Namun, di saat jumlah kasus permompakan turun, angka penculikan dengan meminta tebusan melonjak tiga kali lipat. Laporan Biro Maritim Internasional mencatat 62 orang  disandera pada 2016 dari 19 orang pada tahun 2015. Tiga puluh empat orang diculik di  kawasan Afrika barat, sementara 28 lainnya diculik dari kapal tunda, tongkang, perahu nelayan dan baru-baru ini dari kapal dagang di perairan sekitar Malaysia dan Indonesia.

Para awak yang diculik kemudian dibawa ke Filipina selatan. Para penyandera dengan motiv untuk memminta uang tebusan biasanya kelompok Islam militan di selatan Filipina, terutama kelompok Abu Sayyaf.

"Penurunan jumlah insiden dalam pembajakan di laut adalah berita baik. Tetapi rute-rute pelayaran itu tetap berbahaya, dan eskalasi penculikan awak kapal adalah tren yang mengkhawatirkan di beberapa wilayah. Penculikan di Sulu Laut antara Malaysia Timur dan Filipina memprihatinkan," papar  direktur Biro Maritim Internasional, Pottengal Mukundan dalam pernyataannya. Pada kuartal terakhir saja, 12 kru kapal diculik dari dua kapal kargo di kawasan Laut Sulu.

Biro Maritim  Internasional (IMB) yang bermarkas di Kuala Lumpur, mendesak pemilik kapal untuk mempertimbangkan rute pelayaran mereka dengan menghindari Laut Sulu. Lembaga internasional ini juga telah meminta pemerintah-pemerintah di kawasabn terkait untuk menyelidiki dan mengidentifikasi para penculik dan mengganjar mereka dengan hukuman.

Indonesia kawasan berisiko tinggi

Di seluruh dunia, perairan Indonesia tetap jadi kawasan berisiko paling tinggi kasus perompakan dengan 49 insiden. Serangan terhadap kapal laut juga melonjak di Nigeria dengan 36 insiden pada 2016, naik dari 14 insiden pada tahun 2015. 

Di India tercatat terjadi 14 kasus perompakan, Peru kebobolan 11 insiden, sementara Filipina mengalami 10 serangan.

IMB  juga mendesak pemilik kapal untuk meningkatkan kewaspadaan di Teluk Guinea, yang tetap berisiko tinggi sebagai lokasi penculikan dan penyanderaan untuk meminta uang tebisan.

ap/as(ap/vlz)