1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Serangan Korut ke Yeonpyeong Akan Diusut

26 November 2010

Pascaserangan artileri Korut atas sebuah pulau Korsel, ancaman keras kembali dilontarkan Pyongyang sembari gelar latihan militer. Komandan pasukan AS di Korsel, Jenderal Sharp menyatakan, pengusutan akan dilaksanakan.

https://p.dw.com/p/QJfw

Menanggapi rencana manuver laut militer AS dan Korea Selatan, kantor berita Korea Utara, KCNA melaporkan hari Jumat (26/11) bahwa "situasi di semenanjung Korea segera bergerak ke ambang peperangan". Media propaganda pemerintah di Pyongyang itu menulis, angkatan bersenjata dan rakyat Korea Utara siap untuk menjawab provokasi itu dengan "api yang sangat menakutkan," sembari ditambah ancaman, "siapa yang bermain dengan api akan terbakar."

Pernyataan Korut itu dilansir tidak lama sebelum Komandan pasukan AS di Korea Selatan, Jenderal Walter Sharp mengunjungi pulau Yeonpyeong yang terletak hanya sebelas kilometer dari pesisir Korea Utara. Empat orang tewas dalam serangan artileri Korut di pulau tersebut hari Selasa (23/11). Pada kunjungannya di pulau itu Jenderal Sharp mengatakan: "Kami dan Komando PBB akan mengusut serangan itu dan mengimbau Korea Utara untuk ke depan menghentikan serangan apa pun juga ."

Namun Korut tidak menggubris seruan itu. Setelahnya Pyongyang bahkan mengeluarkan ancaman untuk kembali melancarkan serangan, bila tuntutan mereka tidak dipenuhi. Korut terutama melihat manover Korsel dan AS sebagai tindak provokasi. Seoul menyatakan akan meningkatkan keberadaan pasukannya di sepanjang garis perbatasan antara kedua negara yang saat ini pun sudah merupakan kawasan dengan penjagaan terkuat di dunia.

Rencana pelatihan militer AS dan Korsel di Laut Kuning hari Minggu (28/11) ini akan melibatkan kapal induk bertenaga nuklir "USS George Washington". Manover itu akan digelar di selatan Yeonpyeong dan hanya berjarak sekitar 110 kilometer dari pulau itu. AS yang merupakan aliansi Korsel, menempatkan lebih dari 28.000 tentara di negeri ini.

Di tengah-tengah situasi panas ini, militer Korsel kembali dikejutkan oleh bunyi ledakan di dekat pulau Yeonpyong. Menurut keterangan militer di Seoul, bunyi ledakan ini berasal dari Korea Utara yang sedang melakukan latihan penembakan artileri.

Kebanyakan warga pulau yang mengalami serangan hari Selasa (23/11) mengepak barang-barang mereka dan hendak secepatnya meninggalkan pulau itu. Mereka ingin mengungsi dari diktator di utara dan juga dari pemerintah sendiri yang menurut kebanyakan warga Yeonpyeong tidak cukup tegas mereaksi serangan Korut. Seorang warga mengatakan: "Kita tidak boleh lagi membiarkan diri ditakut-takuti. Kita harus bersatu dan mengerahlan segala kekuatan untuk melakukan pembalasan."

Kritik dan protes warga Korsel terhadap sikap pemerintah yang dianggap lunak, ditanggapi secara serius oleh pemerintah di Seoul. Menteri Pertahanan Kim Tae-young mengundurkan diri, dan bekas Kepala Staf Gabungan Kim Kwan Jin ditunjuk sebagai menhan baru.

Sementara itu, hari Jumat (26/11) Beijing melakukan pembicaraan lewat telepon dengan Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton mengenai ketegangan di semenanjung Korea. Menlu China Yang Jiechi juga berbicara dengan mitra sejabatnya di Korsel, dan menyerukan agar Seoul dan Pyongyang menahan diri serta menyelesaikan masalah melalui dialog. Demikian dilaporkan kantor berita Xinhua. Jumat pagi (26/11) Beijing juga memperingatkan agar kedua negara tidak melakukan aktivitas militer di zona ekonomi ekslusif. Menlu Cina Yang mengusulkan perundingan enam negara yang sejatinya digelar untuk membahas program nuklir Korut dimajukan sesegera mungkin.

Sejauh ini Washington dan Seoul telah meminta Beijing menggunakan pengaruhnya untuk mengendalikan sekutunya, Korut. Tetapi hingga saat ini Beijing menolak ikut campur tangan dan hanya menyerukan agar kedua belah pihak menahan diri.

Christa Saloh/dpa/ap/afpe

Editor: Rizki Nugraha