1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Setahun Kursi Kosong bagi Liu Xiaobo

12 Desember 2011

Demonstrasi digelar di depan kedutaan besar Cina di banyak kota, Sabtu (10/12), mengenang Liu Xiaobo. Setahun lalu ia menerima penghargaan Nobel Perdamaian, in absentia. Kursi kosong menjadi simbol, juga di Berlin.

https://p.dw.com/p/13RJk
Kursi kosong diletakkan di depan gedung kedutaan Cina di BerlinFoto: DW/M.Bölinger

Tidak semua demonstran lancar menyebut nama penulis Cina itu. Puluhan demonstran, kebanyakan orang Jerman yang sudah berumur, dan beberapa anak muda, berkumpul di depan kedutaan besar Cina di Berlin pada hari penyerahan penghargaan Nobel.

Mereka mengenang bahwa sama dengan setahun silam, pemenang Nobel perdamaian Liu Xiaobo masih mendekam dalam tahanan. Dan karena kursi yang disediakan untuknya pada acara penganugerahan tahun lalu kosong, para demonstran kini meletakkan kursi di tepi jalan, di seberang gedung kedutaan.

Di antara demonstran tampak Herta Müller, pemenang Nobel Sastra tahun 2009. Ia berdiri menggigil di tengah angin musim dingin Berlin, setengah tertutup poster dengan foto Liu Xiaobo, yang diletakkan di atas kursi kosong. "Lebih dari ini tak bisa dilakukan oleh orang-orang seperti kami", kata pengarang perempuan itu, "tetapi, dengan latar belakang biografi saya inilah yang paling minimal."

Intelektual Brilian

Penulis Jerman-Rumania Müller tersohor dengan roman-romannya tentang diktator komunis di Rumania. Tahun lalu, ia beberapa kali secara terbuka memperjuangkan keadilan bagi Liu Xiaobo, lewat tulisan dan wawancara.

"Ia seorang intelektual yang brilian", puji Müller, "dan Piagam 08 adalah sebuah pemikiran sosial politik secara menyeluruh, sebuah usulan yang betul-betul humanis bagi pengenalan demokrasi di Cina."

Protest vor chinesischer Botschaft Leere Stühle für Liu Xiaobo
Banyak demonstran membawa sendiri kursinyaFoto: DW/M.Bölinger

Namun bukan hanya ia yang berbagi pengalaman menghadapi kediktatoran dengan Liu Xiaobo pada Sabtu itu (10/12). Sejumlah demonstran yang ikut dalam aksi, pernah merasakan mendekam di penjara di Jerman Timur. Termasuk di antaranya aktivis Vera Lengsfeld, yang ditangkap tahun 1988 lalu dipindahkan ke Jerman barat.

Ia mencermati, siapa pemenang Nobel yang angkat bicara tentang nasib Liu Xiaobo pada tanggal 10 Desember 2010, dan siapa yang tutup mulut. Presiden Barack Obama dan mantan wakil presiden Al Gore misalnya, termasuk yang diam, kata Lengsfeld.

"Mereka yang sampai hari ini masih berjuang bagi Liu Xiaobo adalah Desmond Tutu, Vaclav Havel dan Herta Müller. Sangat luar biasa bahwa pemenang Nobel yang merasakan hidup di bawah kediktatoran sampai sekarang masih aktif. Dan pemenang Nobel perdamaian lain, yang berkuasa dan punya pengaruh, malah diam", tandas Vera Langsfeld.

Laporan ke Beijing

Salah satu yang merasakan nasib seperti Liu Xiaobo adalah penyair Bei Ling yang hidup sebagai eksil di Taiwan. ia berkawan dekat dengan Liu di tahun 1980-an. Tahun lalu ia menulis biografi pemenang Nobel perdamaian itu. Ia singgah di Jerman untuk suatu perjalanan dan membacakan dua puisi Liu Xiobo saat demonstrasi, sambil mengarahkan pandangan ke gedung kedutaan besar Cina di seberang.

Apakah di balik jendela itu ada orang yang memperhatikan apa yang dilakukan para demonstran, tak ada yang bisa memastikan. Bei Ling yakin pesannya sampai kepada para diplomat, tetapi "Mereka tentu sudah tumpul. Mereka kan sering melihat aksi seperti ini."

Namun, karena Herta Müller dan sejumlah intelektual terkenal lainnya datang, demonstrasi ini menjadi istimewa. "Mungkin mereka akan mengirim laporan ke Beijing. Lalu orang-orang di sana akan sadar bahwa di seluruh dunia tidak ada seorangpun yang melupakan Liu Xiaobo."

Setelah beberapa saat, para peserta aksi membubarkan diri. Hanya tinggal sebuah kursi putih, sendiri di depan gedung kedutaan.

Mathias Bölinger/Renata Permadi Editor: Hendra Pasuhuk