1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
PolitikTimur Tengah

Setelah Lama Memboikot, Pemimpin UEA Mendadak Kunjungi Qatar

5 Desember 2022

Sheikh Mohammed dari Uni Emirat Arab (UEA) dipandang para analis sebagai salah satu arsitek utama boikot Qatar oleh Bahrain, Mesir, Arab Saudi, dan UEA mulai tahun 2017.

https://p.dw.com/p/4KUZw
Emir Qatar saat pembukaan Piala Dunia 2022 yang juga dihadiri Putra Mahkota Arab Saudi
Emir Qatar saat pembukaan Piala Dunia 2022 yang juga dihadiri Putra Mahkota Arab SaudiFoto: MANAN VATSYAYANA/AFP

Pemimpin Uni Emirat Arab (UEA) melakukan kunjungan mendadak ke Qatar yang tengah menjadi tuan rumah Piala Dunia, Senin (05/12). Ini adalah kunjungan pertama pemimpin UEA tersebut setelah selama bertahun-tahun memimpin boikot empat negara terhadap Doha.

Sheikh Mohammed bin Zayed Al Nahyan, presiden dan penguasa Abu Dhabi, melakukan perjalanan atas undangan emir yang berkuasa di Qatar, Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani, dalam kunjungan singkat sebelum kembali ke Abu Dhabi, demikian laporan kantor berita resmi WAM.

"Kunjungan tersebut membangun hubungan persaudaraan yang telah ada di antara kedua negara dan rakyatnya," kata WAM dalam laporan singkatnya.

Ini "adalah langkah lain untuk memperkuat solidaritas Teluk dan aksi bersama," tulis penasihat diplomatik Presiden UEA, Anwar Gargash, di Twitter.

Krisis diplomatik nyaris berakhir perang

Sheikh Mohammed dipandang oleh para analis sebagai salah satu arsitek utama boikot Qatar oleh Bahrain, Mesir, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab yang dimulai tahun 2017.

Pada puncak krisis ini, kolom surat kabar bahkan banyak yang menyarankan untuk menggali parit sepanjang 87 kilometer di perbatasan dan mengisinya dengan limbah nuklir. Meski dinilai sebagai gertakan retoris, saran ini menunjukkan dalamnya permusuhan yang mengalir di wilayah tersebut, yang menurut penguasa Kuwait saat itu hampir saja memicu perang.

Akar masalah ini berasal dari sikap Qatar dalam mendukung kaum Islamis yang naik ke tampuk kekuasaan di Mesir dan di tempat lain setelah Musim Semi Arab 2011. Qatar memandang keberadaan mereka sebagai perubahan besar dalam gerontokrasi yang mencengkeram Timur Tengah. Namun negara-negara Teluk dan Arab lainnya melihat protes tersebut sebagai ancaman terhadap pemerintahan otokratis mereka yang telah berlangsung turun-temurun. 

Selama gejolak tahun 2011, Arab Saudi dan UEA mengirim pasukan untuk membantu menangani demonstrasi di Bahrain dengan tindakan kekerasan. Boikot yang membuat empat negara tersebut menutup jalur udara dan laut ke Qatar baru berakhir pada Januari 2021, tepat sebelum Joe Biden menjabat sebagai Presiden Amerika Serikat (AS).

Boikot ini dimulai segera setelah kunjungan Presiden Donald AS Trump ke wilayah tersebut di awal masa kepresidenannya.

Menonton bola bersama

Upacara pembukaan Piala Dunia, yang bertepatan dengan tim kesebelasan Qatar menghadapi Ekuador dalam pertandingan pertama turnamen, dihadiri Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman dan Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sissi. Juga hadir bersama mereka di mimbar yakni Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, yang memberikan banyak bantuan ke Qatar selama krisis akibat boikot tersebut.

Sheikh Mohammed dari UEA saat itu tidak hadir. Namun, dia menelepon Sheikh Tamim pada hari berikutnya dan "mengucapkan selamat" kepada Qatar yang menjadi tuan rumah Piala Dunia. Ini adalah sesuatu yang tidak terbayangkan akan terjadi saat krisis diplomatik tersebut mencapai puncaknya.

ae/hp (AP, reuters)