1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Siapa Nimr al Nimr yang Sulut Konflik Iran dan Arab Saudi?

5 Januari 2016

Tidak banyak diketahui mengenai Nimr al-Nimr, kecuali kiprahnya membela minoritas Syiah di Arab Saudi. Tapi bagaimana sosok sederhana itu bisa picu perang diplomatik antara dua negara paling berpengaruh di Timur Tengah?

https://p.dw.com/p/1HY29
Iran Protest in Teheran gegen Hinrichtung in Saudi-Arabien
Foto: Getty Images/AFP/A. Kenare

Siapa Nimr Baqir Nimr, sosok yang mampu mengobarkan perang diplomasi terbaru antara Iran dan Arab Saudi? Eksekusi mati terhadap ulama Syiah itu tidak cuma ditanggapi secara dramatis oleh Iran, tetapi juga mendorong beberapa negara teluk memutuskan hubungan diplomatik dengan negeri mullah tersebut.

Nimr bukan wajah asing buat penguasa Arab Saudi. Selama pergolakan yang disebut musim semi Arab 2011 silam, ulama paruh baya itu berkiprah mendukung kemerdekaan Katif dan Al-Ihsaa, dua wilayah di Arab Saudi yang berpenduduk mayoritas kaum Syiah.

Tapi selebihnya kiprah Nimr tidak banyak mengundang perhatian. Ia berulangkali memimpin aksi protes menentang praktik diskriminasi terhadap kaum Syiah di Arab Saudi. Ia berulangkali ditangkap dan dipenjarakan, serta kehilangan isterinya saat masih di bui.

Kendati dicap "radikal" oleh kerajaan Arab Saudi, Nimr selalu menyerukan perlawanan tanpa kekerasan terhadap para pengikutnya. Kepada BBC ia pernah berkata, bahwa "kata-kata" selalu lebih kuat ketimbang "pedang."

Lambang obsesi terhadap Iran

Nama Nimr menjadi buah bibir ketika ia dijatuhi vonis hukuman mati oleh pengadilan Arab Saudi 2014 lalu. Ia didakwa lantaran membangkang terhadap perintah negara dan dituduh merencanakan pembunuhan terhadap aparat keamanan. Sejak saat itu pria berusia 54 tahun tersebut menjadi sandera politik antara Teheran dan Riyadh.

Iran mengancam Arab Saudi akan "membayar mahal" jika melaksanakan eksekusi mati terhadap Al Nimr. Sebagai reaksi pemerintah Riyadh menangkap saudara laki-lakinya, Muhammad al-Nimr karena mengomentari putusan pengadilan di media sosial.

"Sikap keras pemerintah Arab Saudi dalam kasus Nimr menunjukkan obsesi keluarga kerajaan terhadap Iran", ujar Scott Lucas, Professsor Hubungan Internasional di Birmingham University,

Kepada Bloomberg Lucas mengatakan: "Saudi sengaja melintasi batas aman dalam hubungan diplomatik dengan mengeksekusi mati Al Nimr". Juga menambah garam ke luka yang terbuka, dengan menggunakan retorika yang menempatkan Nimr sejajar dengan teroris al-Qaida."

rzn/as (dari berbagai sumber)