1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

"Siapa Tak Cinta Gaddafi, Tak Pantas Hidup"

25 Februari 2011

Dalam pidato di depan pendukungnya di Alun-ALun Hijau Tripoli, Muammar Gaddafi terang-terangan menyerukan pembunuhan.

https://p.dw.com/p/R4Tf
TV Libya tayangkanGaddafi di depan pendukungnyaFoto: Libya State/AP/dapd

Mengenakan jaket musim dingin dan topi pemburu, Muammar Gaddafi yang sebetulnya sudah terjepit, menyerukan pendukungnya untuk bersiap bertempur, demi martabat Libya. Karena katanya, hidup tanpa martabat sama sekali tak bernilai.

Ia menyebut, Libya adalah bangsa bermartabat, yang dulu membuat penjajah Italia bertekuk lutut. Yang ganjil, ia menyerukan pula anak-anak muda pendukungnya itu untuk berjoget, bernyanyi, dan bersuka ria sepanjang malam di lapangan terbesar Tripoli itu.

Gaddafi menuding media internasional berkomplot melawannya. Tanpa tedeng aling-aling, ia melontarkan ancaman maut kepada para penentangnya.

"Lawanlah para pendusta itu. Jawab media-media pembohong, itu, lawan kebohongan mereka." Kalau tidak, katanya, berarti rakyat tidak mencintai Gadaffi. Dan, lanjutnya, "yang tak mencintai saya," ini yang mengguncangkan, "tak pantas hidup." Gaddafi melanjutkan kata-katanya yang terdengar gila itu: "Jika rakyat saya, rakyat Afrika dan Rakyat Arab tidak mencintai Muammar Gaddafi, maka mereka tak layak hidup. Tak satu hari pun mereka pantas hidup."

"Muammar Gaddafi," tambahnya menyebut namanya sendiri, "bersama kalian sepenuhnya. Kita akan bertempur melawan mereka dan membunuh mereka jika itu yang mereka inginkan."

Terang-terangan Gaddafi mengancam dan menyerukan pendukungnya untuk membunuh para penentangnya. Ia menampakkan diri tak ubahnya psikopath yang haus darah.

Wakil Duta besar Libya di PBB yang membelot, Ibrahim Dabbashi, menyebutnya sebagai "orang gila" yang narsis dan megalomania. Ia cemas, pada waktunya Gaddafi akan menciptakan kehancuran habis-habisan, sebelum kemudian membunuh diri.

Tapi anak Gaddafi yang belakangan seakan jadi juru bicaranya dalam semua kebrutalan ini, Saiful Islam Gaddafi menepis. Ia bahkan membantah pembunuhan brutal yang dilakukan rezim. Dikatakan Saiful Islam Gaddafi dalam wawancara dengan sebuah statiun televisi Turki.

"Kami tak akan membunuh rakyat kami, karena mereka adalah rakyat kami. Tetapi kami tak akan membiarkan rakyat kami berjalan sendirian di masa-masa penuh kegelapan ini." Ditambahkan Saiful Islam Gadaffi, "Kami sekarang ini bersatu sepenuhnya, semuanya. Dan kami akan bertempur hingga penghabisan. Dan kami akan menumpas para teroris ini".

Saiful Islam Gaddafi menyebut rakyat penentang rezim sebagai teroris, setelah sehari sebelumnya, Gaddafi senior menuding al Qaida sebagai dalang semua masalah, dan bahwa perlawanan ini dilakukan oleh anak-anak muda yang dicekoki obat bius. Saiful Islam Gaddafi juga tak segan mengaku bahwa rakyat Libya bersatu membela sang diktator yang sudah berkuasa 42 tahun.

Kenyataannya, sebagian besar wilayah Libya sudah jatuh ke tangan rakyat penentangnya. Gaddafi hanya masih menguasai penuh ibu kota, Tripoli, yang dijaga ketat dengan persenjataan berat, dan sebagian kecil wilayah.

Menurut para pengungsi Libya yang tiba di Tunisia, bahkan kebanyakan warga Tripoli sebetulnya menentang Gaddafi. Hanya, mereka terancam dibunuh langsung jika menunjukkan keberpihakan.

"Seluruh rakyat Libya sebetulnya bersatu, dari timur hingga ke barat. Tak ada perpecahan di kalangan rakyat," ungkap seorang pengungsi kepada koresponden DW di Tunisia. "Kecuali segelintir minoritas, yang tangannya berlumuran darah, dengan melayani kepentingan dan kebijakan politik Gaddafi selama lebih dari 40 tahun."

Hingga sekarang, bahkan ketika segala isyarat sudah menunjukkan perubahan, tambah sang pengungsi, "mereka terus saja menjalankan kediktatoran dan terorisme terhadap rakyat".

ginanjar/permadi/AFP/dpa/Rtr