1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Singapura & Malaysia Tersedak Asap Indonesia

17 Juni 2013

Singapura mendesak Indonesia mengambil langkah-langkah “mendesak“ setelah asap kebakaran hutan Sumatra menyebar ke negara kota itu. Singapura dan Malaysia menyarankan warganya mengurangi aktivitas luar rumah.

https://p.dw.com/p/18r6H
Foto: picture-alliance/ RIA Novosti

Bangunan pencakar langit Singapura, termasuk menara kasino Marina Bay Sands yang terkenal itu diselimuti kabut dan bau tajam kayu terbakar yang memasuki pusat distrik bisnis negara itu.

Sebagian wilayah tetangga Malaysia juga menderita akibat kabut berasap, sebuah masalah yang seringkali terulang dan tidak pernah bisa diselesaikan diantara ketiga Negara Asia Tenggara itu.

Level Tak Sehat

Badan Lingkungan Nasional Singapura (NEA) mengatakan telah memperingatkan rekan tetangganya Indonesia terkait situasi ini “dan mendesak pemerintah Indonesia untuk melakukan tindakan untuk mengurangi penyebaran asap yang melewati batas Negara.”

Perdana Menteri Malaysia Najib Razak lewat halaman Facebook mengatakan:”Situasi kabut asap di Malaysia akan memburuk dalam beberapa hari ke depan saat angin membawa asap dari titik-titik kebakaran hutan di Sumatra.”

“Tolong kurangi aktivitas di luar rumah dan minum banyak air selama masa-masa ini. Kesehatan harus menjadi prioritas nomor satu bagi siapapun.”

Masalah ini selalu terulang pada musim kemarau sebagai akibat kebakaran hutan di Indonesia yang disebabkan pembakaran lahan yang dilakukan oleh perkebunan warga maupun perusahaan swasta untuk membersihkan lahan dan memulai musim tanam.

Indeks standar polusi Singapura naik menjadi 111 pada Senin sore, melampaui ambang batas 100, yang pada masa lalu dianggap sebagai batas “tak sehat”.

Diindikasikan ada 138 titik api yang terdeteksi di Sumatra pada hari Minggu, dan angin telah membawa asapnya menyeberang ke Singapura.

Disarankan Tak Keluar Rumah

Orang-orang berpenyakit jantung dan pernafasan, mereka yang diatas usia 65 tahun dan anak-anak disarankan untuk mengurangi aktivitas berat di luar rumah.

Seorang dokter Singapura Ong Kian Chung, ahli di Rumah Sakit Mount Elizabeth Medical Centre, memperkirakan dirinya bakal menerima lonjakan pasien dalam beberapa hari mendatang jika kondisi udara bertahan seperti sekarang.

“Keluhan umum selama kabut adalah iritasi tenggorokan dan mata, batuk dan kesulitan bernafas,“ kata dia.

Mereka yang mempunyai masalah pernafasan seperti asma atau radang tenggorokan kronis adalah mereka yang mempunyai risiko akan lebih terkena dampak.

Perjalanan udara serta kegiatan ekonomi hingga saat ini belum terkena dampak.

Singapura adalah salah satu negara dengan tingkat kepadatan penduduk tertinggi di dunia dengan mayoritas dari 5,3 juta warganya tinggal di blok-blok apartemen bertingkat tinggi.

Kabut asap juga mencapai tingkat “tak sehat“ di sejumlah tempat di Malaysia, khususnya di negara bagian Pahang, Malaka dan Trengganu.

Masalah kabut asap mencapai tingkat paling parah pada 1997-1998, menyebabkan meluasnya masalah kesehatan dan menyebabkan kerugian ekonomi di wilayah Asia Tenggara hingga milyaran dollar akibat terganggunya kegiatan ekonomi dan transportasi udara.

ab/hp (afp, dpa, ap)