1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Sinyal Obama Kepada Ukraina dan Rusia

12 Maret 2014

Di tengah krisis Krimea, Presiden AS Barack Obama menerima kunjungan PM Ukraina Arseniy Yatsenyuk. Ini merupakan sinyal tegas dukungan moral dan finansial bagi Ukraina.

https://p.dw.com/p/1BOY6
Foto: picture-alliance/dpa

Beberapa hari menjelang referendum di Krimea, Presiden AS Barack Obama hari Rabu (12/03) menyambut kedatangan Perdana Menteri Arseniy Yatsenyuk di Washington. Referendum yang akan digelar hari Minggu mendatang itu memberi dua opsi kepada pemilih, bergabung dengan Rusia atau tetap menjadi bagian dari Ukraina dengan hak-hak otonomi luas.

Amerika Serikat dan Uni Eropa menyatakan bahwa referendum itu ilegal, karena tidak melibatkan pemerintahan pusat di Kiev. Padahal Krimea masih merupakan teritorial resmi Ukraina. Krisis di Krimea menyebabkan ketegangan antara barat dan Rusia seperti pada era perang dingin.

Jurubicara Gedung Putih Jay Carney mengatakan, kunjungan Yatsenyuk ke Washington merupakan sinyal jelas "bahwa kami (Amerika) memberi dukunhan kuat kepada Ukraina, kepada rakyatnya dan kepada legitimasi pemerintahan yang baru."

Bantuan finansial

Selain mencari dukungan politis, Perdana Menteri interim Ukraina juga mencari bantuan financial. Arseniy Yatsenyuk mengatakan, negaranya perlu bantuan dana dari barat untuk mempertahankan diri terhadap negara tetangga Rusia, yang disebutnya "mempersenjatai diri sampai ke gigi".

Parlemen Ukraina menunjuk Yatsenyuk sebagai Perdana Menteri interim setelah Presiden Viktor Yanukovych melarikan diri ke Rusia. Yanukovych kehilangan kekuasaan setelah para penetangnya menggelar demonstrasi selama berbulan-bulan. Aksi protes itu mulai meluas ketika Yanukovych bulan November lalu menolak perjanjian kerjasama dengan Uni Eropa.

Hanya beberapa hari setelah kepergian Yanukovych, militer Rusia mulai menduduki tempat-tempat strategis di kawasan Krimea, yang mayoritas penduduknya merupakan etnis Rusia. Tapi pasukan yang dikerahkan tidak memakai tanda pengenal.

Amerika Serikat dan Uni Eropa memperingatkan Presiden Rusia Vladimir Putin agar membatalkan "aneksasi" terhadap Ukraina. Mereka mengancam akan memberlakukan sanksi pelarangan visa, pembekuan rekening bank dan sanksi ekonomi lainnya. Para pemimpin Amerika dan Eropa juga menyatakan akan membatalkan kehadiran mereka pada Pertemuan Puncak G-8 Juni tahun ini yang rencananya akan diadakan di Sochi, Rusia.

Tapi Rusia menolak mundur dari Krimea dan menyatakan mereka berhak melindungi warga Rusia yang merasa terancam. Rusia sebaliknya menuduh pemerintahan interim di Kiev "ilegal" dan menolak rencana pemilihan presiden bulan Mei mendatang.

Uni Eropa dukung Kiev

Selain bertemu dengan Obama, Arseniy Yatsenyuk juga akan melakukan pembicaraan dengan sejumlah pejabat tinggi di Washington, antara lain Wakil Presiden Joe Biden dan Menteri Luar Negeri John Kerry.

Pemerintah Amerika kembali menegaskan komitmennya untuk mengucurkan bantuan darurat senilai 1 miliar dolar dan dukungan teknis untuk pelaksanaan pemilu. Presiden Obama mendesak komisi luar negeri di Senat untuk segera meloloskan rancangan undang-undang bantuan Ukraina dan sanksi terhadap Rusia.

Sebelumnya Uni Eropa menjanjikan bantuan dan pinjaman dana sampai 15 miliar dolar kepada Ukraina. Pemerintahan interim Ukraina menyebutkan, mereka perlu sekitar 35 miliar dolar untuk menopang perekonomian selama tiga tahun ke depan.

Kepala pemerintahan negara-negara industri yang tergabung dalam kelompok G-7 mendesak Rusia membatalkan pelaksanaan referendum di Krimea. Referendum itu tidak akan mendapat pengakuan dunia dan melanggar hukum internasional, demikian disebutkan.

hp/rn (afp, rtr, ap)