1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

140311 Japan Kernschmelze

14 Maret 2011

Ledakan terjadi di blok 2 PLTN Fukushima. Ini adalah ledakan ke tiga di reaktor nuklir itu. Sementara kondisi pengungsi di wilayah bencana terus memburuk akibat kelangkaan bahan pangan.

https://p.dw.com/p/10Z6E
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Fukushima DaiichiFoto: AP

Situasi di Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Fukushima pada Senin sore semakin meruncing. Menurut laporan berbagai media, perusahaan pengelola TEPCO tidak menutup kemungkinan terjadinya kebocoran zat radioaktif. Dari keseluruhan enam reaktor, tiga diantaranya mengalami gangguan keamanan.

Di kompleks nomer 2 instalasi nuklir Fukushima I, bagian atas batang bahan bakar nuklir sempat tidak terendam air pendingin. Perusahaan pengelola sepanjang hari Senin berusaha mengimbangi menyusutnya air pendingin dengan memompakan air laut, karena sistem pendingin reaktor mengalami kerusakan.

JIka upaya tersebut gagal mendinginkan reaktor, maka batang-batang nuklir tersebut dapat meleleh atau kamar pembakaran dapat meledak akibat tekanan yang terlalu tinggi. Jika skenario tersebut menjadi kenyataan, zat-zat radioaktif seperti plutonium akan dengan mudah mencemari lingkungan sekitar, termasuk mengotori atmosfer yang dapat menyebabkan awan radioaktif.

Pada Senin siang media-media melaporkan telah terjadi ledakan hidrogen di blok 3 PLTN Fukushima. Pemerintah mengaku, ledakan tersebut tidak merusak mantel baja yang menaungi kamar pembakaran. Perusahaan pengelola TEPCO melaporkan, sedikitnya sebelas orang mengalami lula-luka, satu di antaranya berada dalam kondisi kritis.

Penjatahan Listrik

„Kemungkinan besar ledakan tersebut berupa ledakan hidrogen. Kami telah memerintahkan evakuasi terhadap penduduk yang tingga dalam jarak 20 kilometer dari PLTN tersebut. Jika masih ada yang tinggal di wilayah itu, mereka harus berlindung di rumahnya sendiri," kata jurubicara kabinet, Yukio Edano.

Sementara itu pemerintah Jepang mulai mencabut aliran listrik untuk daerah di sekitar Tokyo. Mulanya langkah tersebut hanya dilakukan pada siang hari, namun kemudian diumumkan, aliran listrik juga akan dihentikan pada pukul 17:00 waktu setempat selama dua jam. Dengan cara itu pemerintah Jepang berusaha menghindari terputusnya pasokan listrik sepenuhnya.

Pasokan bahan bakar juga menjadi masalah pelik, di wilayah timur bensin dan minyak pemanas menjadi langka. Sebuah rumah sakit di Kesennuma yang terletak di Prefektur Miyagi kehabisan bahan bakar untuk generator listrik. Kurangnya selimut dan obat-obatan semakin memperuncing masalah.

Para pasien dilaporkan terpaksa kedinginan. Sejak hari minggu para penduduk yang tinggal di kamp pengungsian tidak lagi mendapatkan makanan dan minuman.

Akses Menuju Wilayah Bencana Terputus

Media-media melaporkan, Jepang meminta Uni Eropa untuk menghentikan pengiriman bantuan, karena kesulitan menyalurkan bantuan tersebut ke wilayah bencana. Di sebagian tempat, militer mengirimkan bahan pangan melalui jalur udara.

Hingga kini masih banyak penduduk di wilayah bencana yang kebingungan mencari anggota keluarganya. Tidak ada yang mengetahui dengan pasti seberapa banyak jumlah korban jiwa akibat bencana tersebut. Di Prefektur Miyagi saja kepolisian belum lama ini memperkirakan sekitar 10.000 orang tewas.

„Jumlah keseluruhan korban dan penduduk yang hilang belum dapat dipastikan. Tapi kami meyakini jumlahnya akan sangat tinggi. Sulit untuk memperkirakan karena kami tidak mampu memastikan identitas semua korban. Saat ini kami hanya bisa mengidentifikasi 20 korban, tapi jumlah pastinya tentu jauh lebih tinggi. Saat ini kami bekerja untuk melengkapi data statistik," kata jurubicara pemerintah kota Natori.

Gempa bumi berkekuatan 9,0 pada skala richter yang memicu gelombang Tusnami pada Jumat pekan lalu merupakan bencana terparah dalam sejarah modern Jepang. Gelombang setinggi sepuluh meter meluluhlantakkan pesisir timur negara tersebut.

Rizki Nugraha/dpa/afp/rtr
Editor: Permadi