1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Situasi di Suriah Semakin Memanas

8 Juni 2011

Tentara Suriah dilaporkan bergerak menuju Jisr al-Shughour. Pemberontak di kota itu dituduh membunuh 120 tentara yang setia pada Presiden Assad. DK PBB diharapkan akan mengeluarkan resolusi baru tentang kondisi Suriah.

https://p.dw.com/p/11WuD
Tentara pemerintah Suriah di kota LatakiaFoto: AP

Tak kurang dari 122 warga Suriah, termasuk perempuan dan anak-anak, menyeberangi perbatasan ke Turki, Selasa malam (07/06), untuk mencari perlindungan. Mereka kuatir akan serangan balas dendam tentara pemerintah terhadap kota Jisr al-Shughour.

PM Recep Tayyip Erdogan mengatakan, Rabu (08/06), Turki tak akan pernah menutup pintunya bagi pengungsi Suriah. "Suriah harus mengubah sikapnya terhadap rakyat sipil dan ke tingkat yang lebih toleran, sesegera mungkin," kata Erdogan yang memiliki hubungan hangat dengan Presiden Suriah Bashar al Assad. Kementrian Luar Negeri Turki menyebutkan, sekitar 420 orang menyeberangi perbatasan, sejak aksi berdarah dimulai di Suriah bulan Maret.

Seorang aktivis Suriah mengatakan kepada AFP, pasukan elit pemerintah menuju wilayah utara negeri itu, kemungkinan menyiapkan serangan terhadap kota Jisr al-Shughour. Beberapa hari terakhir, saksi mata dan aktivis melaporkan tentara Suriah memberontak dan bergabung dengan gerakan antiAssad, dan hilangnya kontrol pemerintah terhadap kota itu. Pemerintah menyatakan kelompok bersenjata di Jisr al-Shughour menewaskan 120 tentara.

Hari Senin (06/06), Menteri Penerangan Suriah Adnan Mahmoud mengatakan, satuan-satuan tentara akan melaksanan tugas nasional guna memulihkan keamanan. Sehari kemudian stasiun televisi Al Arabiya melaporkan, tentara dari divisi ke-4 bergerak ke kota kecil Jisr al-Shughour, di bawah komando Maher al Assad, adik lelaki Presiden Bashar.

Manurut para aktivis, aksi tangan besi militer terhadap pemberontakan menentang Assad di seluruh penjuru negeri telah menewaskan lebih dari 1.300 warga Suriah.

Masyarakat internasional menyerukan pada Damaskus untuk menghentikan kekerasan terhadap warganya. Perancis dan Inggris, sekutu dalam perang melawan pemimpin Libya Muammar Gaddafi, mengambil posisi di depan dalam mendorong PBB agar mengambil tindakan terhadap Presiden Suriah Bashar al Assad. Tetapi Rusia mengatakan akan memveto intervensi terhadap Suriah di DK PBB. Rusia tak lupa menyebut aksi pemboman NATO yang tak meyakinkan terhadap Tripoli.

Menteri Luar Negeri Perancis Alain Juppe mengatakan di markas PBB di New York, tinggal persoalan hari, mungkin malah jam, sebelum Dewan Keamanan melakukan voting bagi resolusi yang mengutuk Suriah. Rancangan yang diedarkan bulan Mei lalu tidak mengusulkan intervensi militer.

Di kota Jisr al-Shughour, rumah bagi puluhan ribu orang, penduduk mengatakan mereka mencari tempat perlindungan dan menguatkan diri menghadapi serangan. Tentara mengambil posisi di sekitar Jisr al-Shughour, kata seorang aktivis anti pemerintah kepada Reuters lewat telepon, Rabu (08/06). Ia mengatakan, penduduk melihat tentara mendekat dari Aleppo, kota kedua terbesar Suriah, dan dari Latakia di pesisir. Kebanyakan warga telah meninggalkan kota, termasuk para dokter dan perawat. Mereka tahu, angka kematian akan tinggi.

Pemerintah di Damaskus memaksa keluar para jurnalis independen, menyulitkan untuk mengetahui secara jelas apa yang terjadi di negara itu.

Renata Permadi/afp/rtr

Editor: Hendra Pasuhuk