1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

041011 Libyen Gefängnisse

5 Oktober 2011

Setelah jatuhnya Muammar Gaddafi, kesewenang-wenangan masih terjadi di Libya. Situasi di penjara-penjara Libya masih mendapat kritik tajam dari Human Rights Watch.

https://p.dw.com/p/12lsm
Libyan men join a rally in support of the allied air campaigns against the troops of Moammar Gadhafi in Benghazi, eastern Libya, Wednesday, March 23, 2011. (AP Photo/Anja Niedringhaus)
Libyen Demonstration für die Allierten in BengasiFoto: AP

Berita-berita yang tersebar hampir sama. Setelah dimulainya revolusi terhadap Muammar Gaddafi, para kaki tangannya menyebarkan ketakutan dan kengerian di tengah masyarakat, dengan penangkapan, penyiksaan, pembunuhan. Demikian kata Sofyan Zreiba, pemuda 22 tahun.

Pada 23 Juni, persis dua bulan sebelum jatuhnya Gaddafi, Sofyan Zreiba dan dua rekannya kembali ke Tripoli dari Tunisia. Malam berikutnya ia ditangkap oleh dinas rahasia dalam negeri, tanpa diberitahu alasannya. Di penjara, mereka diperlakukan seperti tikus. Sel-sel berukuran sekitar 6x6 meter, dijejali 12 orang, tanpa tuduhan resmi. Banyak dari mereka disiksa. Juga Zreiba sendiri, dengan pukulan dan aliran listrik. Ketika pemberontak menguasai Tripoli, ia dibebaskan, setelah 64 hari dipenjara.

Kesewenangan di Libya Masih Berlanjut

Muammar al-Gaddafi dijatuhkan sejak akhir Agustus, tetapi HAM di Libya masih diabaikan. Tuduhan ini makin sering terdengar. Kelompok-kelompok bersenjata, yang terhubung dengan penguasa saat ini, Dewan Transisi Nasional, melakukan kesewenangan terhadap ribuan tahanan.Demikian keterangan antara lain organisasi Human Rights Watch setelah mengunjungi dua puluh pusat penahanan dan kamp penjara.

Di Misrata, 200 km sebelah timur Tripolis, Dewan Transisi tingkat lokal mengambil tindakan. Sekitar 500 tahanan dibawa ke sebuah sekolah, di bawah pengawasan imam dan guru agama, untuk melindungi tahanan dari kebrutalan pemberontak. Ruangan kelas diubah menjadi sel. Kebanyakan tahanan berbaring atau berjongkok di atas kasur busa. Sebagian membaca al Quran, lainnya bercakap-cakap antar mereka. Sempit, tetapi bersih. Yang terpenting, mereka diperlakukan baik di sini, mendapat makan dan minum secara teratur, kata para pria tersebut.

Banyak dari mereka mengaku disiksa pemberontak sebelum dibawa ke sekolah tersebut. Seorang anak muda menceritakan, ia digantung di pergelangan tangan, lebih dari satu jam. Tahanan lain menunjukkan punggungnya yang penuh luka akibat pukulan tiada henti.

Semua tahanan bersikukuh tidak melakukan kesalahan apapun. Mereka ditangkap tanpa alasan. Salah seorang mengatakan, seorang tetangga yang cekcok bertahun-tahun dengan dia, melaporkan ia kepada pemberontak dengan tuduhan pendukung Gaddafi.

Seorang lainnya menceritakan, ia bersama istrinya sedang mengendarai mobil ketika dihentikan oleh pemberontak. Ia bukan tentara tapi memiliki senjata, karena itu ditangkap. Enam bulan berlalu ia masih tidak tahu apa penyebab sesungguhnya.

Cerita para tahanan menegaskan bahwa sampai kini di Libya tidak ada penyelidikian, tidak ada tuduhan, tidak ada keputusan bersalah atau tidak bersalah. Tak terhitung banyaknya tahanan yang berada dalam kondisi ini, waik warga Libya maupun warga asing, yang diduga datang untuk menjadi tentara bayaran bagi Gadafi.

Para ahli hukum di LIbya mengatakan, hal itu akan berubah jika Dewan Transisi nasional, NTC, menyepakati sebuah pemerintahan sementara yang akan menunjuk menteri kehakiman baru dengan sistem peradilan baru. Sementara ini, kata Ketua NTC, Mustapha Abdul Jalil, dewan berusaha agar semua pihak menghormati HAM. 

 

Björn Blaschke/ Renata Permadi

Editor: Hendra Pasuhuk