1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Skandal Penyadapan Seret Petinggi Polisi dan Politisi Inggris

19 Juli 2011

Pemerintahan Inggris saat ini, ikut terguncang oleh skandal penyadapan tsb. Juga kepolisian Inggris kini menghadapi krisis terburuk sepanjang sejarahnya.

https://p.dw.com/p/11zTU
PM Inggris, David Cameron menghadapi ujian berat berkaitan skandal penyadapan oleh media milik Rupert Murdoch.Foto: picture alliance / empics


Skandal penyadapan oleh media milik raja media Rupert Murdoch yang kini menyeret petinggi kepolisian dan politisi Inggris menjadi tema komentar dalam tajuk sejumlah harian internasional.

Harian liberal Denmark Politiken menulis komentar mengenai peranan raja media Rupert Murdoch di Inggris. Harian yang terbit di Kopenhagen itu dalam tajuknya menulis : Bagaimana caranya raja media mencegah campur tangan pembuat undang undang dan polisi dalam aktivitasnya? Jawabannya sederhana. Ia menempatkan pekerjanya yang loyal, sebagai konsultan politik terdekat dari perdana menteri dan di markas besar kepolisian. Dengan cara ini, raja media dapat merusak urat saraf kehidupan demokrasi. Rupert Murdoch dan Silvio Berlusconi adalah contoh yang paling menonjol, berkaitan dengan apa yang kita sebut keterbukaan publik, yang harus dijauhkan dari kepentingan politik dan ekonomi. Media seharusnya membela kepentingan pembaca, pemirsa dan konsumennya, bukannya kepentingan kapitalisme yang tertutup atau suasana politik. Inggris dan Italia menunjukkan, betapa cepatnya tanah pijakan media dapat runtuh, jika prinsip itu tidak dihormati.

Harian liberal kiri Inggris Independent yang terbit di London, dalam tajuknya lebih menyoroti tudingan korupsi terhadap Scotland Yard berkaitan skandal penyadapan tsb. Menteri dalam negeri kini mengumumkan penyidikan oleh parlemen, mengusut penyogokan terhadap kepolisian. Strategi ini bukannya tidak berrisiko. Citra kepolisian mula-mula akan terus merosot, sebelum dapat membaik lagi. Mungkin tanggung jawab ganda kepala kepolisian, yakni untuk London dan untuk nasional, harus dipecah. Sebuah pemisahan antara perang melawan terorisme dengan kejahatan terorganisir di satu sisi dengan penyerahan tanggung jawab kepolisian London di bawah walikota di sisi lainnya, kelihatannya amatlah logis.

Harian Jerman Frankfurter Allgemeine Zeitung dengan kritis menyoroti kemauan politik untuk mengungkap skandal Murdoch tsb. PM Inggris, David Cameron kini bahkan memperpendek lawatannya di Afrika, hanya supaya tidak melewatkan penjelasan dalam kasus intrik raja media Murdoch. Kelihatannya di London pecah eforia untuk mengungkap kasusnya. Itu memang baik dan tepat. Akan tetapi, menimbang keserakahan sejumlah politisi, ada perasaan tidak nyaman. Terutama terhadap semua politisi, yang kini tidak merasa puas menghantam Murdoch dan kaki tangannya, padahal dua pekan lalu mereka masih berusaha sekuat tenaga, agar dapat duduk semeja dengan raja media itu. Tugas terbesar para juru penerang dalam politik adalah menanamkan kepercayaan, bahwa para politisi membela kepentingan yang baik dalam memutuskan peraturan, walaupun sebetulnya hal itu justru memberikan lebih banyak kebebasan kepada mereka, ketimbang bagi kebaikan publik.

Terakhir harian regional Perancis Le Republicain Lorrain juga mengomentari konsekuensi skandal penyadapan tsb bagi kursi jabatan PM David Cameron. Jam-jam mendatang amat menentukan bagi Cameron, yang sebelumnya kelihatan memiliki masa depan yang cerah. Para penulis tajuk di Inggris, tidak ragu lagi mengecamnya secara politik. Kita sudah banyak menarik pelajaran, mengenai kecepatan untuk mendesak penanggung jawab politik di Inggris agar mundur dari jabatannya, segera setelah kredibilitas hukumnya diragukan.

Agus Setiawan/dpa/afp

Editor : Anggatira Gollmer