1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Somalia Bayangi Kunjungan Westerwelle di Afrika

23 Juli 2010

Kunjungan Westerwelle di Uganda Kamis, (22/07) sebenarnya kunjungan persahabatan guna membina hubungan menlu Jerman itu dengan Uni Afrika. Tapi serangan ekstremis Somalia di Kampala, mengubah tema penting kunjungan itu.

https://p.dw.com/p/OSJG
Menlu Jerman Guido Westerwelle saat berpidato di KTT Uni Afrika di Uganda (22/07)Foto: picture alliance / dpa

Ketika wakil menteri luar negeri Uganda menunjukkan lokasi serangan bom di Kampala, Guido Westerwelle memandang serius. Dalam kunjungannya di Uganda ia berulang kali mengucapkan rasa bela sungkawa kepada korban. Di depan wartawan Uganda, ia mengisi buku ucapan kondolensi. Serangan bom di Kampala saat penayangan final Piala Dunia 2010, juga diulasnya dalam pidato di hadapan pertemuan menteri luar negeri Uni Afrika. Sekaligus Westerwelle menyerukan partisipasi lebih besar bagi Somalia, negara asal pelaku serangan itu

"Kita harus bekerjasama untuk menstabilisasi Somalia. Eropa berada di sisi Afrika dan bekerja sama dengan Afrika untuk perdamaian dan masa depan yang aman benua ini."

Tapi impuls untuk penyelesaian konflik Somalia atau bahkan politik baru Somalia tidak dimiliki sang menteri luar negeri. Namun kementerian luar negeri Jerman menyampaikan bantuan kemanusiaan bagi Somalia, tahun ini akan ditambah menjadi 2,7 juta Euro. Dana tersebut akan diberikan kepada Palang Merah, guna membantu korban luka dan para pengungsi.

Selain itu tidak ada yang berubah dalam konflik Somalia. Karena politik diplomasi selama ini gagal, sejumlah negara Uni Afrika ingin tambahan pasukan. Sebelum pertemuan puncak Presiden Uganda Yoweri Museveni misalnya, mengusulkan penambahan 15 ribu tentara ke Somalia. Pada prinsipnya usulan yang menarik, menurut Westerwelle

„Itu adalah hal yang mula-mula harus disampaikan oleh Uni Afrika, saya tidak ingin melangkahi hal tersebut. Kami berterima kasih atas andil Uganda di Somalia, karena itu menunjukkan tanggung jawab regional dalam memerangi pembajakan, seperti yang diungkapkan di sini.“

Masih dipertanyakan apakah jumlah tentara lebih besar dapat menyelesaikan krisis di Somalia. Sekarang saja sudah 5000 tentara Uni Afrika ditempatkan di Mogadishu, tanpa hasil. Bagi kebanyakan warga Somalia, mereka tentara pendudukan yang tidak disenangi. Dalam kontroversi semacam itu Menlu Jerman Guido Westerwelle berusaha menekankan, partisipasi bagaimana yang kini sudah dilakukan Jerman.

Ia mengunjungi pusat pelatihan tentara Somalia. Di sana, tentara Uni Eropa melatih warga Somalia, yang diharapkan membantu pemerintahan transisi yang tidak berdaya dalam memerangi kelompok radikal. Sampai tahun 2011 diharapkan terlatih 2000 tentara Somalia dan siap bertugas.

Para pakar khawatir, pasukan itu dapat kurang efektif. Misalnya para tentara dapat saja berpindah ke pihak pemberontak Islam, karena uang lebih besar yang mereka peroleh di sana. Menanggapi kritik terhadap partisipasi Jerman dalam hal ini, Guido Westerwelle mengatakan

“Alternatifnya adalah menutup mata, tidak melakukan apapun, tidak berpartisipasi dan membiarkan begitu saja bagaimana pembajakan berkembang dan berkembang, atau bagaimana seluruh bentuk negara runtuh dan menjadi ruang tanpa hukum. Itu bukan tujuan masyarakat internasional dan sama sekali bukan tujuan negara pengekspor seperti Jerman."

Daniel Pelz/Dyan Kostermans

Editor: Hendra Pasuhuk