1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

170811 Niebel Dadaab

17 Agustus 2011

Situasi 20 terakhir di Somalia menunjukkan bahwa solusi milter bukan jalan yang benar. Hari Selasa (16/08), Menteri Pembangunan Dirk Niebel mengunjungi kamp pengungsi di kota Dadaab, Kenya.

https://p.dw.com/p/12IDi
Menteri Pembangunan Jerman Dirk Niebel memberikan keterangan kepada para wartawan di Nairobi, Kenya, Senin (15/08)Foto: DW

Di Dadaab, kota yang terletak 100 kilometer dari perbatasan Somalia-Kenya, bermukim sekitar 400 ribu orang, dan sebagian besar merupakan pengungsi asal Somalia. Para pengungsi tinggal di tiga penampungan yang dipisahkan oleh padang pasir.

Organisasi Bantuan Kewalahan

Seorang ibu berusia 20 tahun dengan memboyong tiga anaknya tengah mendaftarkan diri di barak penampungan. Mereka baru saja tiba dari Kismayo, Somalia. "Tiga hari, atau tepatnya tiga malam lamanya, saya menempuh perjalanan dari Somalia. Tidak berjalan kaki, tapi dengan mobil,"dikatakan ibu muda tersebut.Ia melarikan diri dari kelaparan. Di kampung halamannya tidak terdapat sesuatupun untuk dimakan.

Somalia Hungersnot Lager Flüchtlingslager
Satu keluarga pengungsi asal Somalia di DadaabFoto: dapd

Setiap hari, sekitar 1.400 pengungsi tiba di Dadaab, Kenya. Di bulan Juli, Dadaab kedatangan 44.000 pengungsi. Stanlake Samkange, direktur regional Program Pangan Dunia untuk Afrika Timur dan Tengah, mengatakan, "Kami sudah mengeluarkan hampir seluruh kapasitas yang dimiliki. Oleh karena itu kami menyambut baik bantuan yang ditawarkan."

Bantuan Segera

Hari Senin (15/08), Menteri Pembangunan Jerman Niebel mengatakan, Jerman akan mengeluarkaan dana bantuan hampir lima kali lipat lebih besar bagi korban kekeringan di Afrika, termasuk bagi para pengungsi. "Untuk langkah jangka pendek, dicanangkan dana sebesar 18,75 juta Euro bagi penampungan di sini dan di Kakuma. Ini merupakan upaya jangka pendek kami untuk langsung dapat membantu."

Pernyataan Niebel ini dikeluarkan setelah pembicaraan dengan perwakilan organisasi bantuan dan pemerintah Kenya. Dan Niebel menganggap situasi di penampungan harus segera ditanggulangi. Jika tidak, persediaan yang dimiliki Program Pangan Dunia akan habis. "Kami hanya memiliki persediaan untuk satu bulan. Kami berusaha untuk menambahnya, karena musim hujan dimulai bulan Oktober. Dan jika kami tidak memiliki bahan makanan, kami tidak akan dapat mendatangkannya lagi," dikatakan Samkange dari Program Pangan Dunia.

Bahan pangan harus segera disuplai sebelum musim hujan tiba. Karena pada masa musim hujan, truk-truk pengangkut bantuan tidak dapat masuk ke wilayah penampungan akibat jalan tanah yang harus dilalui berubah menjadi lumpur.

Besar di Pengungsian

Somalia Hungersnot Lager Flüchtlingslager
Antri pembagian makanan di kamp pengungsi DadaabFoto: dapd

Walaupun menghadapi kekurangan persediaan pangan, tidak terlihat kepanikan di Dadaab. Dengan sabar para pengungsi menunggu pembagian jatah pangan mereka. Seorang gadis pengungsi berusia 19 tahun menghabiskan hidupnya di tempat penampungan ini. Ia datang saat masih bayi bersama orangtuanya, mengungsi dari perang saudara di Somalia. "Kami tiba di sini tahun 1992. Sejak itu kami tinggal di sini. Kami ingin kembali ke Somalia. Untuk itu kami perlu bantuan.“

Juga Hussein Hassan yang berusia 21 tahun tumbuh besar di kamp pengungsi. Ia pun ingin kembali ke Somalia, yang tak dikenalnya. Ia sudah muak hidup sebagai pengungsi. Tapi kemungkinan kembali hanya ada jika perang saudara di Somalia berakhir.

"Kami terutama memohon kepada pemerintah Jerman untuk membantu menciptakan perdamaian, agar tidak ada lagi korban tewas. Harapan saya, daripada memberikan makanan kepada kami, keluarkan waktu dua tahun untuk berupaya memberikan perdamaian bagi kami,“ disampaikan Hussein Hassan.

Pembicaraan Damai

Menteri Pembangunan Jerman Niebel setuju dengan pendapat Hassan ini. Solusi militer yang dijalankan masyarakat internasional selama 20 tahun tidak menghasilkan apa-apa. "Sekarang yang penting adalah memperkuat institusi politik – juga Uni Afrika sebagai institusi regional. Juga penting untuk berusaha menemukan mitra dialog, dengan siapa kita bisa membicarakan solusi damai.“

Perang saudara di Somalia belum berakhir. Menteri Niebel juga dapat merasakan peperangan ini, ketika dalam perjalanan pulang dari kamp pengungsi. Dalam pesawat kecil milik PBB yang ditumpangi Niebel menuju Nairobi, turut pula seorang pria yang terluka parah di dada, akibat tembakan saat mencoba melarikan diri dari Somalia.

Christoph Käppeler/Yuniman Farid

Editor: Ayu Purwaningsih