1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

100711 Somalia Dürre

14 Juli 2011

Somalia sekarang dilanda kekeringan terparah dalam 60 tahun terakhir. Sejak awal tahun ini, lebih dari 130.000 orang terpaksa mengungsi, karena mereka tidak menemukan makanan lagi.

https://p.dw.com/p/11uVN
Foto: dapd

Kamp di ibukota Somalia, Mogadishu membludak penuh pengungsi. Namun setiap hari ratusan orang tetap berdatangan. Mereka lesu dan lapar setelah berhari-hari lari dari dampak kemarau yang berkepanjangan. Hassan Idow adalah salah seorang dari pengungsi yang baru tiba, anak gadisnya dalam gendongan. Tuturnya, "Sudah tidak ada makanan lagi. Saya punya lima anak yang kelaparan, dan saya tak bisa berbuat apa-apa. Kami datang dari Somalia Selatan, hujan tak kunjung datang. Tanah sudah begitu kering, semua ternak mati."

Hungersnot im Somalia
Foto: picture alliance/dpa

Musim hujan sudah bertahun-tahun luput di Somalia. Kemarau panjang menimpa seluruh kawasan tanduk Afrika. Namun, situasi Somalia paling kritis, karena negara itu sudah puluhan tahun dihancurkan oleh perang. Kini, cadangan sumber pangan dasar juga habis. Yang tersisa di pasar, harganya tak terjangkau. Mark Bowden, koordinator PBB untuk bantuan kemanusiaan di Somalia, mengecam spekulasi harga yang terjadi. Ungkapnya,"Sekarang kita harus membantu orang-orang yang dihadapkan dengan kenaikan harga sebesar 270 persen. Pilihannya adalah menurunkan harga pangan, atau menyediakan cukup pangan agar rakyat bisa memberi makan keluarganya."

Kenyataannya, persediaan pangan yang dimiliki organisasi bantuan pangan dunia sudah hampir habis. Diperkirakan, hanya cukup hingga September. Menurut organisasi PBB itu, sepertiga penduduk Somalia, yakni sekitar 2,5 juta manusia tidak mendapat cukup makan dan kekurangan gizi. Berapa banyak orang yang meninggal karena kelaparan, tak bisa dipastikan di negara yang terpecah oleh konflik itu.

Flash-Galerie Dürre ohne Ende Dürre am Horn von Afrika Zehn Millionen Hungernde erwartet
Foto: picture alliance/dpa/WFP/Rose Ogola

Kawasan Selatan, yang mengalami dampak terburuk kemarau dikuasai kaum Islam radikal Al Shabaab. Dulu, milisi ini menghambat semua bantuan asing yang ditujukan untuk rakyat. Tapi kini, merekapun meminta dukungan internasional, Jurubicara Al-Shabaab, Ali Mohmud: "Setiap organisasi yang ingin membantu korban kekeringan ini, kami sambut. Tak peduli apakah itu organisasi Islam maupun non-Islam. Selama tak ada niat-niat terselubungm kami akan mendukung upaya bantuannya.."

Perserikatan Bangsa-Bangsa menyambut langkah ini, tapi menuntut adanya jaminan keamanan. Bagi koordinator bantuan darurat, Mark Bowden yang terpenting adalah menghentikan arus pengungsi ke Somalia. Namun hingga kini, arus pengungsi belum berhenti. Banyak dari mereka, yang telah memberikan milik terakhirnya kepada pedagang manusia. Kelompok-kelompok kriminal ini meminta sampai 150 dolar per kepala. Rasa putus asa rakyat menjadi landasan untuk bisnis hitam, yang dalam pekan-pekan mendatang bakal semakin tumbuh.

Antje Diekhans / Edith Koesoemawiria
Editor: Hendra Pasuhuk