1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Stimulasi Elektrik Mampu Manipulasi Mimpi

13 Mei 2014

Ilmuwan mampu memanipulasi mimpi manusia dengan memberikan impuls listrik pada frekuensi 25 dan 40 Hz. Temuan tersebut bisa menciptakan metode baru untuk menyembuhkan penderita gangguan mental.

https://p.dw.com/p/1ByLu
Foto: Werner Heiber/Fotolia

Mimpi berubah jika otak manusia mendapat stimulasi elektrik dalam jumah kecil. Temuan tersebut diumumkan tim ilmuwan yang dipimpin oleh Ursula Voss di jurnal ilmiah Science. Selama penelitian, ilmuwan mampu memodifikasi otak manusia sehingga mengalami "mimpi waras," jenis mimpi yang paling jelas.

Temuan Voss menguak tabir mekanisme mimpi yang selama ini menjadi teka-teki buat ilmuwan dan suatu saat bisa diterapkan untuk menyembuhkan penyakit mental dan mimpi buruk post-trauma yang menjangkiti masyarakat perkotaan.

Mimpi waras oleh para ahli psikolog digambarkan sebagai fase transisi antara dua bentuk kesadaran. Keduanya terletak di antara apa yang oleh dunia sains disebut sebagai "Tidur REM" alias tidur dengan gerak mata cepat, dan kesadaran sepenuhnya.

Keajaiban di Frekuensi 25 dan 40 Hz

Voss optimis, bahwa temuannya itu bisa dikembangkan untuk melatih kesadaran penderita penyakit mental untuk keluar dari trauma yang membelenggu. Selama ini metode stimulasi elektrik cuma diizinkan untuk tujuan penelitian.

Ilmuwan berharap, perangkat stimulator elektrik suatu saat akan diproduksi untuk rumah sakit.

"Sebagian besar subyek melaporkan melihat dirinya dari luar dan menyaksikan mimpinya sendiri seperti menonton film di televisi," kata Voss. Peserta penelitian diuji dengan tegangan pada beberapa kisaran frekuensi sekaligus."

"Efeknya cuma bisa dilihat pada 25 dan 40 Hz," kata Voss. Ketika peserta diberikan impuls pada 25 Hz, "kami menambah kontrol otak pada mimpi. Artinya mereka bisa mengubah prilakunya saat bermimpi.

Mengubah Jalannya Mimpi

Selama penelitian, ilmuwan mengamati prilaku tidur 15 perempuan dan 12 laki-laki yang berusia antara 18 hingga 26 tahun. Mereka menginap selama beberapa hari di laboraturium. Setelah terjaga, peneliti menanyai proband dan menganalisa data terkait aktivitas otak selama tidur.

Hasilnya, peneliti memastikan impuls elektrik mampu menstimulasi otak manusia untuk bermimpi atau mengubah mimpi itu sendiri.

"Saya menyetir mobil untuk waktu lama," kata seorang peserta ketika ditanya soal mimpinya. "Lalu saya tiba di sebuah tempat yang asing. Di sana sudah ada banyak orang. Saya kira, mungkin saya kenal sebagian, tapi mereka sedang dalam suasana hati yang buruk. Lalu saya pergi ke ruang terpisah. Semuanya saya lakukan sendiri."

rzn/hp (afp,rtr)