1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

#StopIslam, Buahkan Simpati pada Umat Islam

24 Maret 2016

Buntut serangan di Brussels, Twitter diramaikan bukan saja dengan tagar #PrayforBelgium yang menyatakan solidaritas, tapi juga #StopIslam yang bernada hasutan. Namun benih kebencian ini tidak menuai buah yang diharapkan.

https://p.dw.com/p/1IIep
Foto: picture-alliance/Ralph Goldmann

Kecaman dan ungkapan belasungkawa serta solidaritas dilayangkan netizen dunia pasca serangan teror yang mengguncang ibukota Belgia, Brussels, Selasa (22/03/16). Namun serangan yang menewaskan setidaknya 34 orang ini juga dimanfaatkan segelintir pihak untuk menyebarkan kebencian.

Islamic State ISIS telah mengaku bertanggungjawab atas serangan bom di Bandara Zaventem dan stasiun metro Maalbeek ini. Pernyataan kelompok teror yang mencatut nama Islam ini kembali mencuatkan tudingan sebagian masyarakat Eropa bahwa agama ini sebagai pencetus terror.

Lewat Twitter dengan tagar #StopIslam, satu akun Twitter yang mengaku fans penjaga gawang timnas sepak bola Spanyol, Iker Casilas, ditenggarai sebagai pekicau pertamanya.

“Solidaritas saya dengan warga Belgia. Kita harus mengakhiri fanatisme ini”

Dalam beberapa menit, berbagai respon silayangkan para user Twitter di Spanyol, mengutuk #StopIslam.

"Seorang Muslim tidak identik dengan teroris, seperti juga seorang Kristen tidak sama dengan orang suci. Akhiri #StopIslam"

#StopIslam adalah kebodohan tingkat tinggi, seperti Nazi melemparkan kesalahan pada orang Yahudi."

Kritik serta kecaman terhadap tagar #StopIslam tidak hanya datang dari Spanyol. Satu analisa tweet yang gunakan tagar #StopIslam menunjukkan, sekitar 90 persen mengutuk tagar ini. Dan dengan tagar ini juga, netizen dunia mengungkapkan kicauan ungkapan kasih serta solidaritas terhadap umat Muslim yang oleh sebagian pihak dijadikan kambing hitam.

Sebenarnya tagar #StopIslam yang dipakai sehubungan dengan serangan di Belgia bukanlah untuk yang pertama kali muncul. Menurut The Washington Post, tagar ini sudah beredar sejak lima tahun lalu. Dan CNN menyebutkan, tweet bersentimen negatif seperti ini juga menjadi trending ketika kota Paris, Perancis, diguncang serangan teror beruntun. Sama seperti dalam kasus Belgia, tagar bernada hasutan ini juga berusaha menghubungkan antara Islam dan terorisme.