1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Strategi Baru Penggunaan Senjata Nuklir

6 April 2010

Negara yang tidak memiliki senjata nuklir atau terlibat dalam perjanjian non proliferasi dan berniat untuk menyerang Amerika Serikat, tidak perlu lagi takut menghadapi serangan balasan dalam bentuk senjata nuklir.

https://p.dw.com/p/Mogn
Menlu AS berbicara kepada pers tentang strategi baru senjata nuklir ASFoto: AP

Pemerintah Amerika Serikat agak terlambat memperkenalkan strategi atom baru yang sebenarnya direncanakan untuk diumumkan awal tahun ini. Sekarang, strategi baru diperkenalkan tepat sebelum dimulainya KTT tentang keamanan nuklir yang digelar Presiden Barack Obama minggu depan di Washington. Alasan penundaan pengumuman strategi ini adalah perdebatan intern di dalam tim Obama. Beberapa penasihat khawatir, Obama akan terlalu sedikit mengubah strategi yang berlaku, sementara yang lain takut Obama terlalu banyak mengakui kekurangan Amerika. Hasilnya, jalan tengah berupa kompromi. Menteri Luar Negeri Hillary Clinton bersama Menteri Pertahanan Robert Gates mengumumkan strategi tersebut. Clinton berpendapat strategi ini adalah usaha Amerika Serikat untuk berperan sebagai negara yang menjaga kestabilan. "Kebijakan yang kami keluarkan hari ini menjadi landasan baru dalam transformasi persenjataan nuklir kami dan cara kami menangani masalah nuklir. Kami menyesuaikan kembali prioritas kami dalam mencegah proliferasi nuklir dan terorisme nuklir. Kami mengurangi peranan dan jumlah senjata sambil mempertahankan kondisi yang aman dan efektif dalam melindungi negara, sekutu dan mitra kami."

Dalam strategi barunya, Amerika Serikat menyatakan tidak akan menggunakan senjata nuklir dalam menghadapi negara yang tidak memiliki senjata nuklir dan menandatangi perjanjian non proliferasi. Ini juga berlaku, jika Amerika Serikat diserang dengan senjata biologis atau kimia. Dalam wawancara dengan harian 'New York Times' beberapa waktu sebelum strategi nuklir diumumkan secara resmi, Presiden Obama mengatakan, ada pengecualian dalam butir strategi tersebut. Yaitu misalnya serangan dilakukan oleh negara seperti Iran atau Korea Utara yang hingga kini belum selesai sengketa senjata nuklirnya, dan juga serangan senjata biologis yang berdampak luas.

Dengan strategi baru ini, Obama ingin mendekati tujuannya untuk mewujudkan dunia yang bebas dari senjata nuklir. Menurut keterangan kalangan pemerintahan, Amerika Serikat belum menetapkan penarikan sekitar 200 senjata nuklir yang berada di Eropa. Mereka masih ingin mengadakan pembicaraan lanjutan.

Strategi ini memperjelas, bahwa pemerintah Amerika Serikat yakin akan perubahan situasi ancaman. Mereka tidak lagi menganggap musuh lama seperti Cina atau Rusia sebagai bahaya, melainkan negara-negara seperti Iran dan Korea Utara serta kelompok teroris. Pada laporan strategi setebal 80 halaman tersebut, juga tertera bahwa Amerika Serikat tidak berencana untuk mengembangkan senjata atom baru. Namun Obama menegaskan, bahwa ia akan mempertahankan semua instrumen yang ada dan diperlukan, supaya warga Amerika merasa aman dan terlindungi.

Organisasi 'Dokter Menentang Perang Nuklir' menyambut baik perubahan strategi Amerika Serikat. Mereka menyebutnya sebagai pertanda positif dan berharap dalam sidang umum PBB bulan Mei mendatang rencana pelucutan senjata nuklir akan berhasil lolos. Tetapi banyak juga pengamat di Amerika Serikat yang menganggap strategi baru tersebut sebagai langkah mundur. Pakar nuklir George Perkovich membandingkannya dengan revolusi Perancis. "Disini tidak ada Robespierre baru yang mengatakan : ayo semua menurut, kita sekarang akan melakukan hal yang sama sekali berbeda."

Contohnya, pada laporan tersebut, tidak tertera 'satu-satunya' peran senjata nuklir adalah untuk menakut-nakuti. Melainkan, menakut-nakuti adalah sebagian dari fungsi senjata nuklir. Ini adalah perbedaan kecil yang penting. Lagi pula, senjata nuklir Amerika Serikat tetap akan terus siap untuk digunakan jika diperlukan, sebagaimana yang diinginkan pihak militer. Pada umumnya, para pengamat menganggap strategi baru tersebut menunjukkan sikap hati-hati. Tampak jelas, bahwa Obama tidak ingin membuat kesal Partai Republik, karena ia masih membutuhkan suara mereka di Kongres, untuk meratifikasi kontrak-kontrak pelucutan senjatanya.

Sabine Müller / Vidi Legowo-Zipperer

Editor : Marjory Linardy