1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Strategi Militer AS Semakin Terfokus ke Cina

Agus Setiawan9 Januari 2012

Militer AS di masa depan akan lebih ramping dengan fokus lebih banyak ke Asia Timur. Sasarannya mengimbangi Cina yang terus meningkatkan kekuatan militernya.

https://p.dw.com/p/13gVf
Latihan perang AS di perairan Korea Selatan.Foto: AP

Menimbang krisis anggaran, pemerintah AS akan terus memangkas anggaran militernya. Tahun ini anggaran pertahanan AS mengalami penurunan dibanding tahun lalu, tapi volumenya masih sekitar 516 milyar Euro. Dalam waktu 10 tahun mendatang, anggaran militer AS akan terus dipotong sampai sekitar 350 milyar Euro. Presiden Barack Obama di Washington, Kamis (5/1) mengungkapkan, zamannya intervensi militer jangka panjang kini sudah berakhir.

US-Verteidigungsminister Leon Panetta
Menhan AS Leon PanettaFoto: Reuters

Penugasan militer AS di masa depan akan lebih difokuskan ke kawasan Asia-Pasifik. Menteri pertahanan Leon Panetta menjelaskan, menimbang meningkatnya peranan ekonomi dan politik keamanan kawasan Asia-Pasifik, AS juga akan meningkatkan keberadaan militernya di kawasan bersangkutan. Selain mengkhawatirkan perkembangan politik di Korea Utara, AS terutama terus mencermati meningkatnya kekuatan angkatan laut Cina di waktu belakangan.

Pakar keamanan dari yayasan ilmu pengetahuan dan politik–SWP di Berlin, Oliver Thränert mengungkapkan : “Berkaitan pergantian pimpinan di Korea Utara, di sana kemungkinan pecahnya krisis cukup besar. Karena belum jelas, apakah pengalihan kekuasaan akan berlangsung tanpa friksi dan dengan pimpinan baru rezim tetap stabil.“

Kekuatan militer Cina meningkat

Chinesische Armee
Parade militer CinaFoto: AP

Namun yang lebih penting lagi adalah perkembangan situasi di Cina. Washington tidak mau secara terus terang menyatakan mencemaskan perkembangan militer Cina dan mengarahkan strategi militernya terutama ke negara adidaya baru di Asia itu. Pemerintah di Beijing di tahun-tahun belakangan, terus meningkatkan kemampuan tempur angkatan lautnya. Cina kini memiliki armada kapal selam modern, memproduksi kapal induk dan pesawat pembom siluman sendiri. Beijing juga mengembangkan roket presisi tinggi yang memiliki daya jangkau hingga 1.700 kilometer.

Hubungan ekonomi dan politik pertahanan antara AS dan Cina saat ini relatif amat rumit. Dari segi ekonomi dan keuangan, AS dan Cina memiliki saling ketergantungan. Namun dalam segi politik keamanan situasinya amat berbeda. Pakar keamanan Thränert mengungkapkan lebih lanjut :: “Di Washington saat ini terdapat diskusi, yang menghindari istilah lawan strategis terhadap Cina. Tapi di sisi lainnya terjadi konflik hubungan dengan Beijing.“

Selain ancaman kelkatan militer secara nyata, ancaman perang cyber dari Cina juga terus membuat Washington tetap waspada. Dalam beberapa tahun terahir, serangan cyber yang diduga berasal dari Cina terhadap militer AS dilaporkan terus meningkat. Karena itulah sejak beberapa tahun terakhir, AS memperluas misi militernya di kawasan Asia-Pasifik. Selain menempatkan sekitar 75.000 serdadunya, Washington juga terus meningkatkan kerjasama militer dengan mitranya di kawasan tsb.

Kini AS ibaratnya membangun tembok api jejaring pertahanan, berupa basis militer di sepanjang pantai yang mengepung Cina dalam bentuk bulan sabit, mulai dari Jepang, Korea Selatan, Taiwan, Guam, Filipina hingga ke Thailand. Akan tetapi, pada dasarnya baik AS maupun Cina tidak menghendaki munculnya eskalasi konflik militer di Asia Timur. Kedua pihak memainkan skenario yang serupa, yakni pamer kekuatan militer, tapi menghindari konflik nyata.

Thomas Latschan/Agus Setiawan/dpa/rtr

Editor : Vidi Legowo