1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Kesehatan

Stroke Juga Menyerang Anak-anak

5 Agustus 2014

Di Jerman, sekitar 300 anak terserang stroke, setiap tahunnya. Keterlambatan diagnosa, dapat berakibat fatal.

https://p.dw.com/p/1CouX
Foto: picture-alliance/dpa

Lyn, baru tujuh tahun usianya. Ia terserang tiga kali stroke ketika dia berumur satu tahun. Bagaian kiri tubuhnya mengalami lumpuh akibat serangan tersebut. Sulit bagi dokter untuk memahami bahwa bayi bisa mengalami stroke, salah satu risiko kesehatan yang jarang menimpa anak-anak.

Kini setelah melewati sekitar 50 perawatan dan memakai penopang pada lengan dan kakinya, bocah ceria asal Essen, Jerman itu kini agak lebih baik. Namun karena terlambat didiagnosa, maka agak sulit peluangnya untuk dapat kembali pulih.

Saat serangan awal terjadi, orang tua Lyn membawa sang bocah ke rumah sakit ketika tangan Lyn kejang. Kala itu, dokter mendiagnosa Lyn mengalami masalah pergelangan tangan dan si kecil diperbolehkan kembali pulang ke rumah. Tidak sampai 10 hari kemudian - dan setelah mengalami hal serupa lagi, ia didiagnosa mengalami: “stroke“. Pada saat itu, otak Lyn mengalami luka di sisi kanan.

Stroke adalah suatu kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke suatu bagian otak tiba-tiba terganggu. Dalam jaringan otak, kurangnya aliran darah menyebabkan serangkaian reaksi biokimia, yang dapat merusakkan atau mematikan sel-sel saraf di otak.

Mengalami gangguan fisik dan mental

"Sampai Lyn berusia empat setengah tahun dia tidak bisa berjalan, tidak bisa duduk, bahasanya tidak jelas," papar Pea, ibunya."Dia membutuhkan obat seumur hidupnya untuk mengatasi kejang. Penyangga kakinya harus disesuaikan dengan teratur. "Kaki kirinya tidak tumbuh dengan baik, tahun lalu tendon Achilles-nya harus diperpanjang lewat operasi."

Bocah ceria itu mendapat pendidikan khusus di sekolah Waldorf, di Essen. Dia bertahan dengan segala kesulitan mental dan fisik yang dialaminya. "Dia tidak belajar dengan intens, bahasanya tergantung pada apa yang membentuk pikirannya saat itu," papar ibunya. Visinya juga terpengaruh.

Efek dari stroke pada anak tergantung, pada apakah itu terjadi sebelum atau saat kelahiran atau selama masa kanak-kanak, demikian disebutkan Ronald Straeter dari Rumah Sakit Universitas Munster, Jerman.

Di Jerman 300 anak menderita stroke setiap tahun

Di Jerman, terdapat sekitar 300 anak yang menderita stroke setiap tahunnya. "Anak-anak dengan cacat jantung memiliki peningkatan risiko," kata Straeter. Tingginya tingkat kecenderungan pembekuan aliran darah antara ibu dan bayi dapat juga berperan dalam hal ini. "Yang menjadi dilema adalah bahwa kita tidak melihat stroke pada anak-anak setelah mereka lahir, karena mereka biasanya hanya menampilkan gejala non-spesifik seperti agak tidak aktif, minum dengan lemah atau menjadi loyo,“ papar Straeter.

Sebuah petunjuk yang mungkin dapat terlihat dalam beberapa bulan pertama kehidupan anak mereka adalah bahwa sang anak mereka lebih mampu bergerak pada satu sisi ketimbang sisi lainnya.

Pentingnya pemeriksaan neurologis

Salah satu kesulitannya adalah bahwa stroke menyerang, tanpa anak mampu mengekspresikan apa yang telah terjadi. Oleh karena itu jika ada sedikit kecurigaan, maka pemeriksaan neurologis secara rinci harus dilakukan.

Setelah stroke terjadi, anak-anak tak harus mengambil pengencer darah untuk mencegah serangan lebih lanjut. Fisioterapi dapat membantu untuk mengurangi dampak dari stroke. Dalam beberapa kasus. "Otak anak memiliki plastisitas tinggi. Daerah yang utuh di otak bisa sampai batas tertentu mengambil alih fungsi daerah otak yang rusak," kata Straeter. Itulah yang mungkin menjelaskan kemajuan yang kini dialami Lyn. "Dia saat ini telah melampaui semua prognosa. Keinginan terbesar saya adalah bahwa dia bisa menjalani hidup mandiri," pungkas ibunya.

ap/ab(dpa/ap)