1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Sungai Citarum Akan Bersih dalam Waktu Tujuh Tahun

23 Februari 2018

Presiden Jokowi mengatakan bahwa air dari Sungai Citarum harus layak diminum dalam waktu tujuh tahun. Proyek terakhir revitalisasi sungai yang sering dinobatkan sebagai yang paling tercemar di dunia dianggap gagal.

https://p.dw.com/p/2tDFc
Fluss Citarum in Indonesien
Foto: Adek Berry/AFP/Getty Images

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, penanganan penanggulangan pencemaran dan kerusakan Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum akan membutuhkan waktu sekitar tujuh tahun. Dan nantinya, diharapkan air sungai yang tercemar berat ini bisa kembali jernih, dan bahkan bisa menjadi sumber air minum.

"Air sumber kehidupan dan ekonomi warga. Sungai Citarum yang dulu jernih kini paling tercemar. Bersatu padu kita membersihkan Citarum. Kita berusaha secepat mungkin bisa bersih dan semoga dalam 7 tahun ke depan sudah bisa jadi sumber air minum,”  ditulis Presiden Joko Widodo di akun Twitternya setelah mengunjungi hulu sungai ini.

Mengalir sepanjang 300 kilometer, Sungai Citarum memasok tiga pembangkit listrik tenaga air, dan sekitar 400.000 hektar sawah tergantung pada sungai ini. Sekitar 28 juta warga juga mengandalkan sungai ini, meski kotor penuh sampah serta tercemar berbagai zat berbahaya.

Untuk proyek membersihkan Sungai Citarum, pada tahun 2009 Bank Pembangunan Asia (ADB) telah menyetujui pinjaman sebesar 500 juta US Dollar. Kala itu direncanakan Sungai Citarum akan kembali bersih dalam jangka 15 tahun.

Baca juga: Sungai Citarum, 30 Tahun Memancing Utang

Eric Quincieu, pakar air di ADB, mengatakan bahwa sejauh ini ADB telah mengeluarkan  41,9 juta Dollar dari jumlah tersebut. Dana tersebut antara lain telah digunakan untuk mengembangkan "peta jalan pengelolaan sumber daya air terpadu". Eric Quincieu menambahkan, rencana tersebut memerlukan koordinasi antara pemerintah pusat dan daerah, kelompok sipil dan sektor swasta.

Sementara Tubagus Haeru, dari Kementerian Koordinator Kemaritiman, yang mengawasi proyek pembersihan tersebut, mengatakan bahwa usaha untuk membersihkan sungai sebelumnya mahal dan gagal. "Kementerian telah bekerja sendiri, pemerintah daerah bekerja sendiri dan masyarakat telah bekerja sendiri," kata Haeru kepada Reuters.

Penelitian yang dilakukan oleh Blacksmith Institute pada tahun 2013 menemukan tingkat timbal di Citarum 1.000 kali lebih tinggi dari standar untuk air minum.Sementara kadar aluminium, mangan dan besi jauh lebih tinggi dari tingkat yang dianjurkan.

"Faktanya adalah Citarum masih seperti itu, dan berbagai media mengatakan bahwa Citarum adalah sungai paling kotor di dunia," kata Haeru.

Usaha pembersihan terbaru telah dimulai awal bulan Februari ini dan melibatkan polisi, militer, departemen pemerintah, organisasi dan masyarakat di 25 wilayah yang dilewati Sungai Citarum.

yf/vlz (rtr)