1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

220211 Schirn Frankfurt

3 Maret 2011

Banyak galeri melarang pengunjung memegang obyek yang dipamerkan. Itu sah-sah saja. Tapi di Perancis, ada katalog pameran yang justru mengajak "Silahkan Pegang", terbit 1947 untuk sebuah pameran surealisme.

https://p.dw.com/p/10Rhe
Foto: M.f.KommunikationFfm/Fundació Gala-S.Dali/VG Bild-Kunst,Bonn

Salah satu guyonan tipikal yang sering dikemukakan seniman Marcel Duchamp adalah meraba buah dada di tempat terbuka. Seperti perupa surealis lainnya, Marcel Duchamp beranggapan bahwa manusia acap menekan imajinasinya. Dalam penggarapan seni, hal ini sebenarnya tak baik dilakukan. Menurut kaum surealis seperti Duchamp, membongkar tabu-tabu sosial bisa dimasukkan dalam kategori seni.


"Duchamp bermain dengan pergolakan batin: apakah saya boleh, apa saya betul ingin melakukannya, apakah perlu saya lakukan itu? Perasaan-perasaan yang bertentangan ini menjadi dasar pemikiran karyanya“, begitu jelas Ingrid Pfeiffer, kurator pameran „Obyek-obyek Surealis“.

Obyek-obyek ini mulai digarap pada tahun 1930-an. Ketika itu, André Breton seorang pemikir garda depan di jamannya, mengatakan bahwa salah satu jalan keluar untuk mengatasi ditekannya imajinasi adalah untuk berhenti melukis, dan mulai membuat obyek-obyek tiga dimensi. Salvador Dalí, seorang tokoh surealisme yang paling dikenal kemudian membuat parodi mengenai citra perempuan sempurna yang terdapat dalam sejarah seni rupa, yakni patung Venus de Milo yang diciptakan oleh pematung jaman antik Alexandros dari Antioch. Dalam karya „Venus dari Milo“ yang dibuat oleh Salvador Dali, terdapat laci-laci di bagian dada dan lututnya.

Salvador Dali
Salvador DaliFoto: AP

Kaum surealis amat gemar mencemooh karya-karya klasik yang tercatat dalam sejarah seni rupa barat, dan banyak karya yang dihasilkan kelompok surealis ini seringkali lucu. Tapi ada juga yang dalam perkutatannya dengan alam bawah sadar, menghasilkan karya-karya yang seram. Perupa Hans Bellmer misalnya, mencopoti bagian tubuh boneka, melepaskan kepalanya dan melilit-lilitkan kaki boneka itu ke dalam bentuk yang dianggapnya artistik. Sementara sejumlah karya Raoul Ubac, berbentuk boneka pajangan dari toko pakaian yang kemudian puting buah dadanya ditusuki jarum. Ada juga kepala patung boneka yang dibacok pisau, kemudian ditutupi selendang yang mengerudungi kepala. Menurut kaum surealis, desakan-desakan erotik merupakan dasar tindakan seseorang.

Kurator pameran Ingrid Pfeiffer, "mereka aktif berpolitik. Di antaranya ada yang anggota partai komunis, dan mereka semua melawan gerakan Nazi. Tapi semakin mereka kecewa dengan target-target politik yang mengemuka, semakin mereka mendalami tema-tema cinta dan seksualitas. Bukan dengan maksud pornografis, tapi menganalisanya sebagai konsep dasar kehidupan, hal yang menjadi dorongan hidup internal seorang manusia.“

Salvador Dalí, Max Ernst, René Magritte - ini semua nama seniman yang dikaitkan dengan gaya surealisme. Sebuah gaya yang berkutat dengan dunia mimpi dan bawah sadar manusia. Surealisme termasuk salah satu gaya yang paling terkenal dalam sejarah seni rupa dan yang paling banyak diteliti, tapi hingga kinipun masih ada saja sisi lain yang bisa ditemukan.

Perempuan yang ditampilkan dalam karya-karya surealis ini merupakan sebuah latar dari proyeksi pikiran mereka. Tapi bukan sebagai korban. Dari die atau barang lama yang mengemuka, mereka menganalisanya kembali dan kemudian membuat obyek-obyek lain dari hasil pemikiran mereka yang baru.

Dalam pameran ini, pengunjung bisa hasil karya dari sebelas orang anggota kaum Surealis. Dan mereka juga menempatkan benda atau bahan yang ditemukannya agar penontonnya bisa mengasosiakan ide-ide lain darinya. Banyak juga yang terus bermain dengan permainan asosiatif yang terkait dengan seksualitas, seperti karya-karya yang ditampilkan perupa Amerika Meret Oppenheim. Salah satunya sebuah sarung tangan dari bulu binatang, pada ujung jemarinya mencuat keluar kuku-kuku yang di cat merah menyolok.

„Inilah yang dimainkan oleh sebuah obyek surealis, tidak nyaman melihat tangan yang berbulu-bulu, tapi ujung kukunya diberi cat kuku warna merah. Itulah yang sangat menarik pada obyek-obyek ini, karena merangsang seluruh spektrum emosi dan rasa si penonton, kita ditarik dari satu sisi ke sisi yang lain, di satu pihak menarik, di sisi lain menjijikkan, sedikit menakutkan, tapi juga membuat takjub, itulah benang merah yang menyatukan obyek-obyek yang berbeda ini“, begitu Ingrid Pfeiffer

Dali Ausstellung
"Venus de Milo dengan laci"Foto: picture-alliance/ dpa

Benda-benda absurd dan tidak masuk akal menjadi perhatian masa kesenian ini. Seorang fotografer, sutradara dan pelukis, Man Ray mengecat sepotong roti, diwarnainya biru, sebuah setrika ditempelinya dengan paku-paku kecil yang biasanya digunakan untuk merekatkan kertas dinding. Marcel Marien membuat kacamata yang hanya berkaca satu.

Untuk pertama kalinya, yang berperan bukan keahlian atau ketrampilan si perupa dalam melukis atau memahat. Tapi siapa saja yang mengaku sebagai pengikut teori surealis bisa berpartisipasi. Dan para seniman ini dengan rajinnya menyirisi pasar loak dan daerah sekitar mereka mengumpulkan benda-benda yang bisa digunakan untuk karya mereka. "Mesin tik, meja, kursi, sebuah roti panjang, pistol, biola bisa ditemukan di dalam pameran, barang sehari-hari yang kita kenal, tapi dipresentasikan kembali secara ironis.“

Banyak benda-benda surealis yang belum pernah dipamerkan kepada publik, seperti payung yang terbuat dari busa alami, karya perupa Jerman Wolfgang Paalen. Ingrid Pfeiffer menekankan arti kontradiksi itu, "Tidak ada yang lebih tidak masuk akal dari itu. Payung seharusnya melindungi kita dari air, tapi sifat busa adalah kebalikannya, yaitu menyerap air. Justru itulah yang dicari kaum surealis, hal-hal yang bertolak belakang, karena bentrokan antara ide atau sifat dasar sebuah materi mendorong terjadinya perubahan dalam cara berpikir atau cara kita melihat sesuatu. Itulah prinsip dasarnya.“

Marcel Duchamp und Man Ray
Marcel Duchamp bersama Man Ray bermain catur di atap apartemen di Paris, 1924.Foto: Pathé

Surrealisme tampaknya akan terus hidup. Banyak obyek yang dipamerkan tampak seakan baru saja ditempatkan di situ. Karena meskipun lukisan surealistis tidak mempengaruhi senirupa masa kini, pengaruh obyek-obyek surealis sampai sekarang masih terasa. Pameran yang digelar dalam rangka 25 tahun galeri senirupa Schirn di Frankfurt am Main membuktikan, bahwa surealisme merupakan zaman yang paling kuat dalam perkembangan senirupa modern yang kini terhitung klasik.

Sabine Oelze / Edith Koesoemawiria
Editor: Hendra Pasuhuk