1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Suriah dan Iran Tegaskan Kembali Hubungan Baiknya

25 Februari 2010

Presiden Iran Mahmud Ahmadinejad berada di Damaskus, Suriah, dalam lawatan kenegaraannya. Dengan lawatan Ahmadinejad, Suriah menyatakan tegas bahwa tidak ingin ditekan sehubungan dengan hubungan baiknya dengan Iran.

https://p.dw.com/p/MBMl
Presiden Suriah Bashar al Assad (kanan) dan Presiden Iran Mahmud Ahmadinejad (kiri).
Presiden Suriah Bashar al Assad (kanan) dan Presiden Iran Mahmud Ahmadinejad (kiri).Foto: AP

Suriah menanggapi Amerika Serikat. Desakan Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton hari Rabu lalu (24/02) agar Suriah menjaga jarak dengan Iran, ditolak dengan tegas oleh Presiden Suriah Bashar al Assad.

Katanya, "Kami tidak memerlukan pelajaran mengenai Timur Tengah atau mengenai sejarah kami. Kami menangani urusan kami dengan mandiri dan dapat menangani dengan serius kepentingan kami."

Menurut Assad, Suriah dan Iran tidak perlu saling menjauhi. Lebih lanjut dikatakan Assad, sangat aneh Amerika Serikat berbicara mengenai stabilitas dan perdamaian di Timur Tengah dan dalam waktu yang sama mendesak negara-negara wilayah Timur Tengah untuk menjaga jarak satu sama  lain. Dengan nada ironis, Bashar al Assad menanggapi Clinton dengan pernyataan, "Hari ini kami menandatangani 'perjanjian perpisahan' dengan Iran, namun karena terjemahan yang buruk, kami jadinya menandatangani perjanjian bebas visa."

Ahmadinejad, yang tiba di Damaskus hari Kamis (25/02) menegaskan bahwa hubungan baik antara Suriah dan Iran, tetap kokoh. Ditambahkannya, negara-negara adidaya tidak lagi dapat menyetir negara lain dari jauh.

Presiden Iran dan Suriah dalam jumpa pers bersamanya di Damaskus melontarkan kritik tajam terhadap Israel. Presiden Ahmadinejad mengulangi ancamannya terhadap Israel, yaitu “Jika para Zionis mengulangi lagi kesalahannya, maka kebinasaannya tidak dapat dicegah lagi.“

Presiden Suriah Bashar al Assad juga secara terbuka mengritik Israel. Menteri Pertahanan Israel Ehud Barak pernah menyatakan bahwa tidak adanya perjanjian perdamaian antara Israel dan Suriah dapat memicu perang baru di Timur Tengah.

Assad menanggapinya dengan, "Jawaban sederhananya adalah, kami setiap saat harus bersiap menghadapi serangan Israel, apakah itu skala kecil atau besar."

Sebelumnya dengan didukung Amerika Serikat, Suriah menyatakan kesediaannya untuk memulai kembali perundingan perdamaian dengan Israel. Perundingan yang ditengahi oleh Turki setahun lalu terhenti tanpa hasil dan tidak dilanjutkan karena Israel melakukan serangan ke Jalur Gaza. Pemerintahan Netanyahu tampaknya belum siap dan kesediaan Turki untuk kembali menjadi juru penengah ditolak Israel.

Dalam lawatannya di Suriah, Presiden Mahmud Ahmadinejad menyempatkan diri untuk bertemu dengan pemimpin Hamas yang diasingkan, Khaled Meshaal, dan para pemimpin Palestina lainnya. Seperti yang dilaporkan seorang peserta pertemuan, tema pembicaraan Ahmadinejad antara lain  “ancaman Israel terhadap Suriah, Iran, Palestina dan Libanon.”

Ahmadinejad menyatakan kepada para pemimpin Palestina bahwa “Iran berada di sisi rakyat Palestina hingga tanah air Palestina merdeka dan perlawanan merupakan jalan satu-satunya menuju kemerdekaan.”

LS/AR/ZPR/afp