1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Suriah Tetap Larang Bantuan Humaniter ke Homs

5 Maret 2012

Pemerintah Suriah belum mengizinkan tim bantuan humaniter internasional memasuki kota Homs yang terus digempur militer. Internasional kecam berlanjutnya aksi kekerasan militer terhadap oposisi.

https://p.dw.com/p/14F14
Foto: dapd

Para petugas bantuan humaniter dari palang merah dan bulan sabit merah, sudah sejak tiga hari tertahan di desa Abel sekitar 3 kilometer dari kota Homs. Pasukan keamanan Suriah tetap melarang pemasokan bantuan humaniter ke kawasan Baba Amr, pusat perlawanan pemberontak di kota Homs.

Proteste in Homs
Warga Homs dalam aksi protesnya meminta bantuan internasional atas situasi darurat.Foto: Reuters

Walaupun dilarang memasuki kota Homs, petugas bantuan humaniter hari Minggu (04/02) diperbolehkan memberikan bantuan bahan pangan dan pelayanan medis di desa Abel, dekat kawasan pertempuran di Homs. "Ini merupakan perkembangan positif", papar jurubicara palang merah internasional Hicham Hassan. Para petugas kembali akan memasok bantuan Senin (05/03).

Warga yang mendapat bantuan, adalah mereka yang dapat melarikan diri dari distrik Baba Amr di kota Homs yang sejak sebulan terakhir terus dikepung dan digempur serangan militer.

Para aktivis mengatakan, rezim di Damaskus terus mencegah masuknya tim bantuan palang merah internasional, untuk mencegah mereka menjadi saksi dari aksi genosida yang dilakukan pasukan pemerintah Suriah.

Kecaman internasional

Inggris dan Turki yang mengirimkan tim bantuan humaniter internasional menuding rezim di Damaskus melakukan tindak kriminal, dengan menghalangi konvoi palang merah dan bulan sabit merah memasuki kota Homs.

Syrische Demonstranten Vereinte Nationen UN
Demonstran di Suriah tuntut PBB turun tangan dan kecam Rusia ikut andil dalam pertumpahan darah.Foto: picture-alliance/dpa

Menteri luar negeri Inggris, William Hague mengatakan, penolakan itu semakin menegaskan bahwa rezim di Suriah melakukan tindak kejahatan. Sementara menlu Turki, Ahmet Davutoglu menegaskan, aksi pembantaian harus segera dihentikan.

Sedangkan menteri luar negeri Arab Saudi, Saud al Faisal menuding Damaskus mengukuhkan kekuasaannya lewat kekerasan militer. "Rakyat Suriah punya hak mempertahankan diri", tambahnya. Arab Saudi juga mengimbau Rusia, agar menekan presiden Bashar al Assad untuk menghentikan kekerasan militer untuk menumpas oposisi.

Menteri luar negeri Rusia, Sergej Lavrov mengatakan di Moskow, Senin (05), pihaknya akan menggelar perundingan membahas konflik Suriah dengan perwakilan Liga Arab di Kairo tanggal 10 Maret mendatang. "Sasarannya adalah menemukan pendekatan kolektif untuk menuntaskan permasalahan", ujar Lavrov.

Serangan militer berlanjut

Tanpa mengindahkan tekanan internasional, pasukan yang setia kepada Assad, dilaporkan terus menggempur kota-kota kubu penentang rezim. Pertempuran sengit terjadi semalam suntuk hingga dinihari Senin (05/03) di kawasan selatan kota Daraa di perbatasan ke Yordania.

Syrien Bürgerkrieg Panzer auf der Straße vor Homs
Kota Homs tetap dikepung tank-tank militer.Foto: picture-alliance/dpa

Aktivis pengamat situasi hak asasi manusia di Suriah melaporkan, dalam pertempuran akhir pekan di Daraa, sedikitnya 37 orang termasuk 14 tentara pemerintah tewas. Televisi pemerintah juga menayangkan gambar sejumlah jenazah pejuang anti-rezim yang tewas dalam gempuran militer di sekitar kota Hama.

Pertempuran antara tentara pro-Assad melawan kelompok desersi Tentara Pembebasan Suriah pecah di sekitar Jabal al Zawiyya di utara Suriah. Juga dari kota terbesar kedua, Aleppo dilaporkan pembubaran aksi protes damai dengan kekerasan militer.

Gempuran artileri militer juga dilancarkan ke sekitar kota Qusair di perbatasan Libanon. Ratusan warga mengungsi melintasi perbatasan menuju Libanon. Saksi mata melaporkan, Libanon terus menambah jumlah pasukan penjaga perbatasan di kawasan utara, mengantisipasi terus berkecamuknya konflik di Suriah.

Agus Setiawan (rtr,dpa, afp)

Editor: Hendra Pasuhuk