1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Survei Pilpres Kompas: Jokowi Unggul, Prabowo Turun

23 April 2018

Dalam survei terkini Kompas, elektabilitas Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto yang menjadi penantang terkuat petahana mengalami penurunan. Sementara elektabilitas Presiden Joko Widodo mengalami kenaikan.

https://p.dw.com/p/2wUNZ
Indonesien Treffen Prabowo Subianto mit Präsident Joko Widodo in Jakarta
Foto: Reuters/Beawiharta

Dilansir dari Kompas responden yang memilih Jokowi apabila pemilu presiden digelar saat ini mencapai 55,9 persen.  Elektabilitas  itu meningkat dibandingkan dengan enam bulan sebelumnya, yakni Jokowi masih 46,3 persen. Sementara elektabilitas Prabowo Subianto mencapai 14,1 persen, turun dari hasil survei setengah tahun lalu yang mencatat angka 18,2 persen.

Survei tatap muka ini dilakukan kepada 1.200 responden secara periodik oleh Litbang Kompas dan berlangsung antara tanggal  21 Maret-1 April 2018. Pada saat survei ini berlangsung, Prabowo belum menyatakan maju sebagai calon presiden. Penurunan elektabilitas tidak hanya terjadi pada Prabowo, tetapi juga pada kandidat lainnya. Mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo yang elektabilitas sebelumnya 3,3 persen kini turun jadi hanya 1,8 persen.

Baca juga:

Prabowo Tantang Jokowi di Pilpres 2019

Sowan: Menghadap Penguasa untuk Mendapat Jatah Kuasa

Pengamat politik Ray Rangkuti menyebutkan, hasil survei ini menunjukkan bahwa elektabilitas Jokowi tidak lagi terkejar.  Menurutnya untuk menjamin demokrasi harus terus didorong lahirna kandidat lain atau memperkuat calon yang sudah ada. "Kebutuhan terhadap lahirnya pesaing Jokowi tetap harus ada. Partai-partai yang ada bisa dorong Prabowo atau yang lain. Tapi yang lain pun tak sehebat elektabilitas Prabowo.”

Hasil survei ini pun menurut Ray Rangkuti, dapat membuktikan bahwa kampanye untuk menghadang laju Jokowi sebagai kandidat presiden dalam pemilu mendatang, gagal sehingga harus dievaluasi kembali.”Para opisisi harus mengubah cara dalam menjual Prabowo. Isu-isu yang dibangun kelompok oposisi tidak mendapat respon cukup dari masyarakat. Apakah itu isu komunisme, PKI, antek asing. Jadi oposisi harus mengubah strategi mereka atas isu yang dijual, maupun mempoles kandidat mereka. Ini jadi masukan bagi mereka. Artinya isu yang mereka angkat selama ini tak mampu menahan laju elektabilitas Jokowi."

Dalam survei ini, dibandingkan dengan setahun lalu, peningkatan kepuasan publik mencapai 9,1 persen. Tiga setengah tahun pemerintahanh berjalan,  72,2 persen responden menyatakan puas terhadap kinerja pemerintahan di empat bidang pemerintahan, yakni politik dan keamanan, hukum, ekonomi, serta kesejahteraan sosial. Demikian dikutip dari Kompas.

Responden dalam  survei ini adalah warga negara Indonesia yang berusia di atas 17 tahun. Responden dipilih secara acak bertingkat di 32 provinsi Indonesia dan jumlahnya ditentukan secara proporsional. Tingkat kepercayaan survei ini 95 persen dengan  margin of error plus minus 2,8 persen dalam kondisi penarikan sampel acak sederhana.

ap/vlz(kompas)