1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Suu Kyi Lihat Pertanda Awal Perubahan Myanmar

18 September 2011

Pekan lalu sekelompok jurnalis diijinkan mengunjungi Myanmar, di antaranya jurnalis kantor berita AFP yang melakukan wawancara khusus dengan pimpinan oposisi Myanmar Aung San Suu Kyi.

https://p.dw.com/p/12bWG
Pimpinan oposisi Myanmar Aung San Suu KyiFoto: AP

Pemimpin oposisi Myanmar, Aung San Suu Kyi melihat adanya pertanda pertama perubahan politik yang berlangsung perlahan di negerinya. "Jalan untuk itu masih amat panjang, namun ada perkembangan positif".  Demikian dikatakan Suu Kyi dalam wawancara dengan kantor berita AFP di kantor pusat partainya Liga Nasional untuk Demokrasi di Yangun. Lebih lanjut dikatakan Suu Kyi, ia tidak menginginkan pemberontakan kekerasan seperti di Libya, yang jauh lebih penting adalah sebuah revolusi dalam pemikiran. Ada perundingan tapi saya tidak berpikir, bahwa kami semua bebas atau sudah benar-benar bebas. Demikian dikatakan pemenang hadiah Nobel Perdamaian tersebut.

Lingkup Perubahan Masih Belum Terprediksi

Menurut Suu Kyi,  Presiden Thein Sein ingin mencapai perubahan positif, namun belum jelas seberapa jauh ia dapat melakukan perubahan itu. Berkaitan pertempuran di Libya melawan penguasa Libya Muammar al-Gaddafi, Suu Kyi mengatakan, ia tidak menginginkan pemberontakan kekerasan di negaranya. Di Libya setelah tergesernya rezim lama, kepahitan dan luka yang tidak terobati masih akan tinggal. Di Birma atau Myanmar tahun 1988 dan 2007 aksi protes untuk dibentuknya demokrasi ditumpas secara brutal oleh  junta militer. Revolusi murni memerlukan waktu dan penyelesaian, tutur Suu Kyi. Ia lebih memilih untuk mencapai perubahan melalui jalan damai, melalui perundingan.  Pengamat menilai pembicaraan Suu Kyi tersebut sebagai pertanda bagi upaya pemerintahan sipil yang baru untuk mendekati oposisi. Demikian kata perempuan berusia 66 tahun itu.

Suu Kyi Belum Berencana untuk 2015

Aung San Suu Kyi melewatkan sebagian besar waktu dalam 20 tahun terakhir dalam tahanan rumah. Sesaat setelah pemilu parlemen November 2010, yang merupakan pemilihan umum pertama kalinya di Myanmar sejak 1990, ia dibebaskan. Partai Liga Nasional untuk Demokrasi, yang merupakan partai oposisi terpenting di Myanmar menyerukan untuk memboikot pemilu tersebut dan mengritik pemilu itu sebagai tidak fair. Partai Liga Nasional untuk Demokrasi dinyatakan sebagai partai terarang  namun tetap aktif. Apakah partainya akan mengajukan permohonan untuk diijinkan kembali dan ikut dalam pemilihan umum berikutnya tahun 2015, tidak dijelaskan Suu Kyi dalam wawancara tersebut.

CS/DK/AFP/DW

Editor: Dyan Kostermans