1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Suu Kyi: Pemilu Tak Sepenuhnya Adil

30 Maret 2012

Pemimpin oposisi Myanmar Aung san Suu Kyi, hari Jumat (30/03) mengatakan bahwa kecurangan dalam proses kampanye, telah mengancam pemilihan umum yang jujur dan adil di negara yang perlahan mulai membuka diri tersebut.

https://p.dw.com/p/14V72
Kampanye Suu Kyi selalu berhasil menyedot massaFoto: dapd

Penerima hadiah nobel perdamaian yang menghabiskan 22 tahun hidupnya sebagai tahanan rumah itu, mempersoalkan sejumlah masalah, termasuk apa yang ia sebut sebagai banyaknya kasus intimidasi dan juga perusakan papan kampanye.

“Saya pikir, kita tidak bisa menyebut itu sebagai pemilu yang betul-betul jujur dan adil jika kita menimbang apa yang terjadi selama beberapa bulan terakhir"kata Suu Kyi menjelang pelaksanaan pemilu yang akan digelar pada hari Minggu (01/04).

Penyimpangan yang terjadi “Betul-betul melampaui apa yang bisa diterima dalam sebuah pemilu yang demokratis” kata Suu Kyi sambil menambahkan “Tapi kami masih bertekad akan terus maju, karena itulah yang diinginkan rakyat”.

Suu Kyi yang merupakan pimpinan partai oposisi Liga Nasional untuk Demokrasi mengatakan bahwa pemilihan umum telah meningkatkan ketertarikan masyarakat terhadap politik, setelah puluhan tahun hidup di bawah junta militer yang represif.

“Meningkatnya kesadaran politik rakyat ini kami anggap sebagai sebuah kemenangan yang sangat besar” kata Suu Kyi sambil menegaskan “Kami tidak sepenuhnya menyesal telah ambil bagian (dalam pemilu-red)”.

Suu Kyi Tak Mau Jadi Menteri

Jajak pendapat memberi sinyal bahwa Suu Kyi akan mendapatkan sebuah kursi di parlemen. Rangkaian kampanye tokoh oposisi itu juga berhasil menarik kerumunan massa yang besar.

Para pengamat percaya, bahwa rejim yang kini berkuasa ingin agar Aung san Suu Kyi mendapat satu kursi di parlemen, yang akan didominasi oleh tentara dan sekutu rejim, untuk meyakinkan bahwa proses reformasi berjalan di Myanmar, sehingga mendorong barat mengakhiri sanksi yang selama puluhan tahun dijatuhkan sejak junta militer berkuasa.

Namun, Suu Kyi telah menegaskan, ia tak akan menerima jika ditawari untuk menjadi menteri di bawah pemerintahan yang didukung oleh tentara, karena menurut konstitusi jika menjadi menteri maka ia harus melepaskan kursinya di parlemen.

“Saya tak punya niat meninggalkan kursi parlemen yang sudah susah payah saya dapatkan” kata Suu Kyi. Namun demikian, ia memberi indikasi akan bersedia menerima peran di luar kabinet.

Partai Liga Nasional untuk Demokrasi yang dipimpin Aung San Suu Kyi sebelumnya telah mempersoalkan apa yang mereka gambarkan sebagai perlakuan tidak adil yang dilakukan pemerintah menjelang pemilu.

LND menuding bahwa rakyat di pedesaan dipaksa oleh partai yang berkuasa yakni partai Solidaritas Persatuan dan Pembangunan untuk menghadiri kampanye mereka. Partai oposisi juga mengaku tidak diperbolehkan mempergunakan beberapa tempat untuk kampanye. Di daerah pemilihan Suu Kyi, ditemukan ratusan nama calon pemilih yang sebetulnya sudah meninggal dunia.

Presiden Thein Sein, telah mengakui dalam sebuah pidato baru-baru ini bahwa ada sejumlah kesalahan yang tidak perlu dalam daftar pemilih. Tapi ia mengatakan bahwa pemerintah mencoba untuk memastikan bahwa pemilu akan berlangsung jujur dan adil.

Sejak berkuasa setahun yang lalu, presiden Thein Sein telah membawa angin segar perubahan, termasuk diantaranya pembebasan ratusan tahanan politik, mengurangi sensor atas media massa dan mempersilahkan kelompok oposisi untuk kembali berpolitik.

Tidak seperti tahun 2010, pemerintah Myanmar kali ini mengundang sejumlah pengamat asing dan wartawan untuk melihat langsung proses pemilu yang dianggap sebagai batu ujian bagi reformasi di negara itu.

Meski 45 kursi yang diperebutkan dalam pemilu ini tak akan cukup untuk mengancam posisi partai yang kini berkuasa di parlemen, namun pimpinan oposisi Aung San Suu Kyi menggambarkan pemilu ini sebagai “sebuah langkah menuju langkah pertama dalam demokrasi”.

Andy Budiman/ afp