1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Sosial

Tagar "MeToo" bagi Kekerasan Seksual

18 Oktober 2017

Banyak pengguna media sosial menghentikan kebisuan tentang kekerasan seksual dan memberikan tanggapan atau menceritakan pengalaman dengan memakai tagar #MeToo. Yang mengawali adalah kaum selebriti.

https://p.dw.com/p/2m4ou
USA Schauspielerin Alyssa Milano Protest in New York City
Foto: Reuters/C. Allegri

Yang mengawali adalah bintang film AS Alyssa Milano. Lewat jejaring sosial Twitter ia meminta perempuan untuk menulis #MeToo jika pernah mengalami pelecehan atau kekerasan seksual. Tagar ini diluncurkan setelah berbagai pelecehan dan pemerkosaan yang dilakukan produser kondang Hollywood Harvey Weinstein terungkap. 

Angelina Jolie dan Gwyneth Paltrow hanya contoh kecil dari sejumlah nama besar di Hollywood yang melancarkan tuduhan terhadap Weinstein. Seruannya disusul reaksi puluhan ribu orang yang menggunakan tagar itu, serta menceritakan pengalaman atau memberikan tanggapan.

Misalnya penyanyi pop Sheryl Crow

 

Atau juga bintang film Evan Rachel Wood yang menceritakan pengalamannya ketika diperkosa 

 

Tapi bukan perempuan saja. Sejumlah pria juga menunjukkan simpati, dan menyerukan kaum pria untuk lebih sensitif menanggapi masalah kekerasan seksual.

Misalnya pelawak dan penulis Nick Jack Pappas 

 

Di berbagai negara muncul tagar serupa

Selain di AS, tagar MeToo juga digunakan banyak orang di Jerman untuk meningkatkan kesadaran atas pelecehan dan kekerasan seksual. Di Italia misalnya, yang banyak digunakan untuk mengungkap pelanggaran ini adalah #quellavoltache, yang artinya kira-kira: "waktu itu, saat..."

Di Perancis, wartawan perempuan Sandra Muller meluncurkan #Balancetonporc, yang artinya kira-kira: "tuding si babi."

#MeToo juga digunakan sejumlah pengguna Twitter dari negara-negara Arab. Netizen bernama Mona Seif misalnya bercerita, tidak kenal satu perempuan pun yang tidak pernah dilecehkan.

Di Indonesia, #MeToo juga bermunculan tapi sebagian besar memilih untuk tidak menceritakan secara terperinci pengalaman mereka. Misalnya Helga Worotitjan.

Selain itu, juga digunakan #mulaibicara dan #gerakbersama

Bagaimana tanggapan Anda? Apakah upaya seperti ini bisa jadi cara untuk meningkatkan kesadaran akan kekerasan dan pelecehan seksual?

ml/hp (rtr, bbc, afp)