1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

WM Fazit Südafrika

12 Juli 2010

Setelah empat minggu Piala Dunia yang untuk pertama kalinya digelar di benua Afrika, orang bisa mengatakan: Afrika telah memanfaatkan kesempatan ini. Di bidang sepak bola sendiri, banyak harapan masih terbuka.

https://p.dw.com/p/OGkX
Foto: picture-alliance/dpa

Ketika Presiden FIFA Joseph Blatter menentang perlawanan dari berbagai pihak dan bersikeras menyelenggarakan Piala Dunia di Afrika, muncul banyak kekhawatiran. Tetapi harus diakui, bahwa kebanyakan kekhawatirannya tidak terbukti. Kekacauan lalu lintas yang sudah diantisipasi tidak terjadi, penginapan di Afrika Selatan dinilai cukup baik dan tingkat kriminalitas juga tetap berada dalam batas, seperti dilaporkan polisi dan juga pengunjung Piala Dunia. Selain itu, sebelum Piala Dunia dimulai, stadion-stadionnya juga sudah selesai dibangun.

Melihat hal ini semua, Afrika Selatan boleh merasa sebagai pemenang Piala Dunia: Negara ini berhasil membuktikan kepada dunia, bahwa mereka bisa mengorganisir sebuah acara besar dengan baik. Namun tentu masih harus dilihat, sejauh mana Afrika Selatan dan benua Afrika secara keseluruhan bisa mengambil keuntungan dari hal ini.

Hanya ada satu hal negatif: bunyi vuvuzela di setiap pertandingan membungkam bunyi-bunyi normal permainan bola dan terutama nyanyian-nyanyian para fans di stadion. Ini membuat penggemar bola di seluruh dunia kesal. Selain itu para pengunjung tidak merasakan kegembiraan di seluruh penjuru negara, seperti layaknya di Jerman tahun 2006.

FIFA Kalah

FIFA, terutama Joseph Blatter, juga menginginkan gelar pemenang. Tetapi FIFA tidak akan mendapatkannya kali ini. Organisasi ini sering memberikan kesan yang buruk. Misalnya, penjualan karcis yang tidak berjalan baik. Ini bisa dilihat dari banyaknya kursi kosong di stadion. Kalau ditanya mengenai pekerjaan para wasit yang kadang bisa dianggap sebagai malapetaka, FIFA hanya memberikan pernyataan-pernyataan yang bersifat menenangkan. Dan FIFA baru bereaksi atas tuntutan bantuan teknis setelah ditekan dengan keras, tentu tanpa menyetujui perubahan apapun. Kekakuan FIFA untuk mencapai keuntungan di bidang ekonomi, juga dengan menekan pengusaha-pengusaha terkecil, kembali mengagetkan banyak pihak. Secara keseluruhan, FIFA menegaskan pendapat para kritikus yang menginginkan reformasi besar-besaran dalam organisasi sepak bola ini.

Bukan Piala Dunia Paling Kuat

Dalam permainan sepak bola, tidak ada hal yang sangat mempesona dalam Piala Dunia di Afrika Selatan. Sampai babak perempat final, terdapat banyak sekali permainan yang lemah. Dan sebenarnya hanya ada dua tim yang selalu memberi semangat dan dorongan: Spanyol dengan permainan operan jarak pendek yang disempurnakan di beberapa tahun terakhir, dan Jerman dengan permainan menyerangnya yang membawa angin segar.

Tetapi Piala Dunia ini juga membawa dua wawasan baru. Masa bintang-bintang individual di dunia sepak bola sudah berakhir. Trend tim sepak bolanya lah yang menjadi bintang kembali berlanjut. Bahkan dengan dua atau tiga bintang di satu tim, saat ini satu kesebelasan tidak akan bisa menang, jika mereka sebagai tim tidak bisa bekerjasama dengan baik. Juga berkaitan dalam hal ini: tidak ada perbedaan jelas antara permainan defensif dan ofensif. Semua tim harus bisa menguasai kedua jenis permainan ini.

Eropa Tetap Mendominasi

Afrika tidak memanfaatkan keuntungan kandang sendiri. Memang Ghana berhasil mencapai babak perempat final, tetapi tim ini merupakan satu-satunya dari enam tim Afrika yang berhasil melewati babak penyisihan. Terlalu sedikit, kalau dibandingkan dengan harapannya yang tinggi.

Walaupun sampai babak perdelapan final turnamen masih didominasi Amerika Selatan, pada akhirnya negara-negara Eropa menduduki tiga tempat teratas. Juga walaupun Italia, Perancis dan Inggris terbukti sebagai tim-tim yang menua dan perlu pembaharuan. Pembahruan juga mutlak dilakukan dalam tubuh tim Brasil dan Argentina, empat tahun sebelum Piala Dunia berikutnya berlangsung di benua Amerika.

Asosiasi Sepak Bola Jerman yang Bergembira

Yang juga boleh merasa sebagai pemenang adalah Asosiasi Sepak Bola Jerman DFB, dan ini tidak hanya karena berhasil meraih tempat ke tiga. Piala Dunia di Afrika Selatan telah menunjukkan, bahwa perubahan dan keputusan-keputusan yang diambil beberapa tahun terakhir ini terbukti benar. Konsentrasi yang ditingkatkan atas tim muda ini mempunyai pengaruh sangat baik terhadap formasi tim Jerman. Juga keputusan untuk saling mengikat para pemainnya, yang sebenarnya juga bisa main bagi negara lain. Selain itu juga dapat dibuktikan kesuksesan falsafah latihan dan permainan, yang telah dirancang Jürgen Klinsmann dan Joachim Löw di Piala Dunia 2006.

Jika DFB berhasil meyakinkan Joachim Löw untuk terus melatih tim nasional Jerman, dan mengingat tim muda yang sukses ini, maka masa depan yang cerah bagi dunia sepak bola Jerman sudah terjamin.

Wolfgang van Kann, Sport
Wolfgang van KannFoto: DW

Wolfgang Kann/Anggatira Gollmer

Editor: Yuniman Farid