1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Afghanistan Obama Rede

2 Desember 2009

Persiden Obama mengumumkan, bahwa Amerika Serikat akan segara mengirim 30.000 prajurit tambahan ke Afghanistan. Masih terbuka kapan pasukan akan ditarik kembali. Komentar Christina Bergmann.

https://p.dw.com/p/Kp3N
Presiden AS Barack Obama berpidato mengenai strategi di Afghanistan di hadapan para kadet akademi militer di New YorkFoto: AP

Barack Obama adalah orang yang suka kompromi. Ini kadang hal yang baik. Tetapi kadang jalan tengah adalah alternatif terburuk. Seperti di Afghanistan. Presiden Amerika Serikat ini akan mengirim tambahan pasukan sampai 30.000 tentara ke Afghanistan secepat mungkin dan akan menarik mereka kembali setelah waktu satu tahun saja. Dengan demikian ia ingin memuaskan semua pihak. Pihak yang sangat menentang perang, pihak yang mendukung perang dan pihak-pihak yang ingin mengendalikan perjuangan melawan Al-Qaida dan Taliban dari jauh. Skrenario terburuk, ini tidak akan memuaskan pihak manapun.

Bagi kelompok anti perang, perpanjangan perang di Afghanistan selama minimal dua tahun dirasakan berlebihan. Pihak yang mengkritik tanggal penarikan, yang sebelumnya sudah dijadwalkan, tidak akan tenang karena belum pasti, seberapa cepat penarikan pasukan akan dilakukan nantinya. Dan jangka waktu pendek yang diinginkan sang presiden untuk penempatan 30.000 prajurit tambahan ini akan menjadi tantangan logistik besar bagi militer yang sekarang ini sebenarnya sudah lelah.

Kurun waktu satu tahun bagi penempatan para prajurit ini merupakan waktu yang terlalu pendek untuk secara bersamaan menghancurkan Al-Qaida, melatih tentara Afghanistan dan melindungi rakyat sipil. Presiden Obama juga tahu akan hal ini. Dan ia membiarkan satu pintu kecil terbuka. Ia juga mengatakan, penarikan pasukan tergantung situasi di Afghanistan. Jadi, apakah Obama sebenarnya tidak serius mengenai tanggal penarikannya?

Selain itu presiden Amerika Serikat ini juga tidak jelas di banyak hal. Biaya penempatan setiap prajurit per tahunnya adalah satu juta Dollar. Obama tidak mengucapkan sepatah kata pun tentang bagaimana penambahan pasukan ini akan dibiayai. Sang presiden tidak berbicara mengenai pajak perang, seperti yang dituntut banyak pihak. Kata-kata tegas yang harus diberikan kepada pada pelaku korupsi dan pemerintah Afghanistan yang tidak efektif juga tidak dikeluarkan Obama.

Dalam pidato Obama di hadapan para kadet akademi militer di West Point terlihat jelas betapa susahnya bagi pemegang Nobel perdamaian ini untuk melancarkan perang. Memang Barack Obama selalu berkata dalam kampanye pemilihan presiden, betapa pentingnya perang melawan Al-Qaida di Afghanistan untuk melindungi rakyat Amerika Serikat. Sekarang Obama melangkah lebih jauh dan berkata, bahwa keamanan dunialah yang menjadi taruhannya. Tetapi seorang presiden pro perang, yang benar-benar serius dengan hal ini seharusnya tampil beda, bukan dengan bersamaan berpidato panjang lebar mengenai nilai-nilai perdamaian dan kebebasan Amerika Serikat, yang tidak akan dipaksakan kepada bangsa lain dengan kekerasan. Para calon perwira mendengarkan pidato Obama dan bertepuk tangan dengan sopan. Tetapi sepertinya pidato Obama tidak meyakinkan mereka.

Namun begitu tetap ada satu hal positif dari keputusan Obama. Dengan jadwal ini, artinya Obama akan harus bertanggung jawab atas keberhasilan atau kegagalan strateginya dalam masa jabatan pertamanya. Sebuah perbedaan berarti kalau dibandingkan dengan pendahulunya, yang memulai berbagai masalah yang sekarang harus dipecahkan oleh Obama.

Christina Bergmann / Anggatira Rinaldi
Editor: Hendra Pasuhuk