1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Deutschland Rüstungsexporte

16 Maret 2010

Lima negara produsen senjata menguasai sekitar 80 persen perdagangan senjata dunia. Demikian disebutkan dalam laporan Lembaga Penelitian Perdamaian Internasional SIPRI. Dan Jerman termasuk salah satu negara tersebut.

https://p.dw.com/p/MUVF
Panser produksi Jerman salah satu kendaraan militer yang banyak diminati negara lainFoto: dpa

Dibandingkan dengan negara pengekspor terkemuka lainnya, industri persenjataan Jerman meningkat dalam dasawarsa belakangan. Kapal perang, kendaraan panser, senjata mitraliur yang merupakan produk klasik Jerman, serta suku cadangnya memasuki pasaran dunia. Di bidang ekspor senjata, Jerman menduduki tempat ketiga setelah Amerika Serikat dan Rusia dan berada diatas Perancis dan Inggris.

Meskipun pemerintah Jerman mengungkapkan bahwa sebagian besar dari persenjataan itu dijual ke negara mitra anggota NATO yang demokratis, tetap saja mencuatkan citra negatif. Kapal selam dengan tehnologi tinggi yang dikembangkan sebagai mesin perang disuplai ke negara yang saling bertikai, yakni Turki dan Yunani. Ini tentunya bukan merupakan bentuk peredaan ketegangan.

Tanpa diduga ,Yunani yang berada diambang kebangkrutan merupakan langganan utama penjualan senjata Jerman. Iran, Vietnam, Venezuela, India, Cina, Taiwan, Israel dan Yordania, termasuk kedalam 55 negara yang membeli senjata dari Jerman. Ini berarti dapat menyulut perlombaan persenjataan di sejumlah wilayah yang mengguncang stabilitas di seluruh dunia. Juga pasar persenjataan gelap terus meningkat.

Senjata G3, yang merupakan ekspor utama perusahaan Jerman Heckler & Koch tidak hanya berada di tangan polisi dan tentara, melainkan juga membanjiri pasar gelap di Eropa Timur, Pakistan, Afganistan atau di kawasan Timur Tengah. Demikian dilaporkan baru-baru ini oleh lembaga riset perdamaian di negara bagian Jerman Hessen.

Beberapa bulan lalu, Amnesty International telah memperingatkan longgarnya pengawasan persenjataan di Jerman. Sejumlah prakarsa perdamaian yang digagas pihak gereja di Jerman, dengan juga melancarkan kritik terhadap bisnis senjata ini. Bisnis ini dinilai sebagai bisnis yang dapat menyeret ketegangan di sebuah wilayah menjadi konflik berdarah serta dapat merintangi semua usaha untuk menciptakan perdamaian.

Bila sekarang politisi dari kelompok oposisi menuntut ditingkatkannya pengawasan dan kriteria terhadap ekspor persenjataan, itu merupakan sesuatu yang sudah sangat terlambat. Kebijakan di bidang hak asasi merupakan bagian penting dari politik perdamaian dan keamanan. Pengakuan dari kebijakan politik Jerman ini perlu diterapkan dan dipraktekkan.

Disamping menyulut ketegangan regional, di mana ancaman bahayanya tidak hanya berasal dari Iran, negara yang mengekspor senjata menggunakannya untuk melakukan penekanan berdarah terhadap rakyatnya sendiri.

Ulrike Mast-Kirchning

Editor: Asril Ridwan