1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Tajuk: Kesempatan Yang Terlewatkan

Rizki Nugraha7 Desember 2012

Presiden Mesir Muhammad Mursi melewatkan kesempatan untuk mengawali rekonsiliasi nasional. Tawaran dialognya yang tanpa diiringi dengan kesediaan berkompromi ditolak oleh oposisi.

https://p.dw.com/p/16xyq
Foto: picture-alliance/dpa

Tidak butuh banyak hal untuk menggoyang situasi di Mesir akhir-akhir ini. Sebuah rancangan konstitusi yang kontroversial, rangkaian dekret presiden dan seorang kepala pemerintahan yang keras kepala.

Dalam pidatonya yang berlangsung 35 menit, Presiden Mesir, Muhammad Mursi melewatkan kesempatan terbaik untuk meredakan ketegangan dan mengawali proses rekonsiliasi. Sebaliknya ia malah menawarkan dialog tanpa kesediaan berkompromi.

Stasiun televisi Inggris BBC yang meniyarkan langsung pidato sang presiden, menghentikan siaran setelah cuma enam menit, dengan dalih "tidak ada hal baru" yang bisa ditampilkan.

Tidak heran jika tawaran setengah hati itu ditolak oleh kelompok oposisi.

Padahal cuma beberapa pekan lalu Muhammad Mursi masih dielu-elukan sebagai juru damai yang menyudahi konflik antara Israel dan Hamas. Mingguan Amerika Serikat, Time Magazin bahkan menerbitkan edisi khusus untuk Mursi, dengan judul "Tokoh terpenting di Timur Tengah."

Seberapa cepat kejatuhan seseorang bisa dilihat dari perkembangan situasi di Mesir saat ini.

Mursi, presiden pertama yang dipilih secara demokratris sejak berakhirnya dua dekade kekuasaan mutlak Husni Mubarak, malah memilih jalur tercepat untuk memecah belah rakyatnya sendiri.

Ia menerbitkan serangkaian dekret yang mengamputasi kekuasaan instansi peradilan dan menjamin kekuasaan mutlak bagi dirinya sendiri. Ia pula yang mendorong referendum rancangan konstitusi baru yang membabat hak-hak warga sipil dan kelompok minoritas. Seakan tidak cukup, Mursi memberangus wewenang mahkamah konstitusi.

Langkah kontroversialnya itu menyeret Mesir ke dalam krisis terbesar sejak kejatuhan Mubarak tahun lalu.

Mursi kini berhadapan pada sekelompok masyarakat yang ingin hidup damai dalam kebebasan dan keadilan bagi semua. Kelompok yang tidak ragu menyuarakan aspirasinya baik dalam keseharian atau di dunia maya. Negarawan-negarawan cilik yang yakin Demokrasi akan membawa masa depan yang lebih baik.

Dan tidak seorang presiden pun, tidak juga Mursi, dapat mengabaikan suara-suara yang kian lantang tersebut.