1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Tajuk: Korea Utara Perlu Perspektif Ekonomi

Hendra Pasuhuk5 April 2013

Ancaman serangan Korea Utara membuat dunia resah. Apa yang ingin dicapai Kim Jong Un? Menurut logika, tidak mungkin Korea Utara benar-benar ingin berperang.

https://p.dw.com/p/18ASR
A picture released by the North Korean Central News Agency (KCNA) on 29 March 2013 shows North Korean leader Kim Jong-un
Kim Jong UnFoto: picture-alliance/dpa

Bagi banyak orang, Korea Utara adalah negara misterius, karena tidak banyak informasi yang bisa didapat dari negara ini. Orang bahkan tidak tahu, berapa usia Kim Jong Un sebenarnya. Umurnya diperkirakan sekitar 30 tahun.

Kim Jong Un adalah pemimpin muda yang belum punya pengalaman memimpin negara. Yang pasti, ia tidak mungkin memimpin Korea Utara sendirian saja. Ia tergantung pada para penasehatnya, terutama dari kalangan militer.

Sebagai pemimpin yang baru dan masih muda, Kim Jong Un kelihatan cukup aktif. Ia rajin muncul di depan publik. Kantor berita Korea Utara menyebarkan berita-berita kegiatannya ke luar negeri. Tidak ada tanda-tanda bahwa sikapnya tidak rasional. Kim Jong Un sempat mengumumkan bahwa perbaikan ekonomi dan standar hidup menjadi prioritasnya.

Lalu, mengapa Kim Jong Un sekarang menyebarkan ancaman yang meresahkan dunia? Kelihatannya, retorika pimpinan Korea Utara itu sebenarnya ditujukan ke dalam negeri. Ia harus memperkuat posisinya dan mendapat dukungan rakyat, juga untuk menghadapi para jendral.

Tapi, situasi sekarang memang sangat berbahaya. Bukan karena Korea Utara benar-benar ingin beperang, melainkan karena bisa saja terjadi kesalahan, yang mengakibatkan eskalasi konflik.

Di lain pihak, Korea Utara masih menerima bantuan ekonomi dari Cina, sekalipun Cina juga mengecam retorika perang dari Korea Utara. Cina tidak ingin ada kekacauan di Korea Utara. Semenanjung Korea kini menjadi ajang pertarungan dua adidaya, Amerika Serikat dan Cina.

Apa yang bisa dilakukan sekarang? Semua pihak harus berusaha meredam konflik. Amerika Serikat dan Cina harus berdialog bagaimana caranya menghadapi Korea Utara. Retorika perang Korea Utara masih akan terus dilancarkan, selama negara itu tidak melihat adanya perspektif ekonomi.